TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Sultan Azianzah, pemuda yang menyerang polisi di Tangerang, pernah menjadi santri di Pesantren Ansyarullah Ciamis, Jawa Barat. Pesantren itu berada di Dusun Sembung Jaya, Desa Mekarmukti, Cisaga, yang dipimpin Fauzan Al Anshori. Fauzan meninggal pada akhir 2015. "Akhirnya tidak ada lagi sosok yang difigurkan pengikutnya," ujar Boy di kantornya, Jumat, 21 Oktober 2016.
Boy menduga pesantren itu mengajarkan radikalisme kepada para santri-santrinya. Selain itu, pesantren tersebut digunakan khusus untuk merekrut orang-orang yang mau bergabung dengan kelompok radikal. "Pesantren hanya menjadi kedok, sebenarnya tempat untuk merekrut orang baru," kata Boy.
Ihwal Sultan Azianzah, belum diketahui secara pasti sejak kapan pemuda itu bergabung dengan pesantren Ansyarullah. Hanya saja, sejak Juni 2015, Sultan diketahui aktif berhubungan dengan Fauzan Al Anshori. Fauzan sendiri dikenal kerap menyebarkan ajaran Daullah Islamiyah.
Baca: Presiden Jokowi Terbitkan Perpres Sapu Bersih Pungutan Liar
Pada Oktober 2015, kakak Sultan menjemputnya di Pesantren Ansharullah. Selanjutnya Sultan dititipkan ke Kepolisian Sektor Cisaga selama dua hari. "Kemudian mau kabur, tapi digagalkan ayahnya," kata Boy.
Sejak saat itu, Sultan kerap menghilang tanpa alasan. Kegiatannya pun tak lagi terpantau oleh keluarga. "Bilangnya bekerja tapi ternyata enggak. Sering pergi alasannya ke warnet," ujar Boy.
Hingga akhirnya, pada Kamis pagi sekitar pukul 05.30, Sultan yang telah siap dengan tas ranselnya berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi sebentar dan akan kembali pada sore. Ia tak mengungkapkan secara jelas ke mana kepergiannya.
Pukul 07.10 WIB, Sultan menyerang polisi di pos lalu lintas Cikokol, Tangerang. Tiga polisi terluka dalam insiden itu. Selain golok, dia juga melemparkan dua bom pipa ke pos polisi. Namun bom itu tak meledak.
DEWI SUCI RAHAYU
Simak:
Telan Buaya, Ular Ini Meledak
Ayah Mirna: Saya Cium Kaki Jessica Kalau Arif yang Membunuh
Gubernur Papua: Saya Tidak Dipayungi Presiden, Kena Hujan