TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemenang Hadiah Nobel akan mengunjungi Indonesia pada Januari-Maret 2017. Tujuh pemenang Hadiah Nobel akan memberikan ceramah di 12 perguruan tinggi di beberapa daerah.
Para pemenang Hadiah Nobel itu terdiri atas pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Fisika, Kimia, dan Kedokteran. Kedatangan mereka dalam rangkaian acara ASEAN “Bridges-Dialogues Towards a Culture of Peace” keenam.
"Tujuan dari Bridges adalah untuk memfasilitasi dan memperkuat dialog serta komunikasi di antara masyarakat Asia Tenggara dengan berbagai macam kebudayaan dan agama," kata Ketua Yayasan Perdamaian Internasional Uwe Morawetz, Rabu, 12 Oktober 2016, di Hotel Dharmawangsa, Jakarta.
Di antara peraih Hadiah Nobel yang akan hadir adalah Eric Maskin, ekonom peraih Hadiah Nobel Ekonomi pada 2007. Maskin adalah peletak dasar-dasar teori desain mekanisme. Proyek penelitiannya saat ini termasuk membandingkan aturan pemilu yang berbeda, memeriksa penyebab ketimpangan, dan pembentukan koalisi. Maskin akan memberi ceramah di Universitas Surabaya pada 15 Januari 2017 dengan tema “Kenapa pasar global gagal mengurangi ketimpangan”.
Pembicara lain adalah Sheldon Lee Glashlow, peraih Hadiah Nobel Fisika pada 1979. Dia merumuskan teori electroweak yang menjelaskan kesatuan elektromagnetisme dan gaya lemah. Dalam ceramahnya di Universitas Binus Jakarta pada 8 Februari 2017, Sheldon akan membahas soal bagaimana ilmu pengetahuan dasar dapat mendorong kemajuan teknologi.
Ada juga Sir Richard J. Roberts, peraih Hadiah Nobel di bidang kedokteran pada 1993 untuk penemuan soal split genes dan mRNA splicing. Richard akan bicara soal “Mengapa Anda harus mencintai bakteri” di Universitas Indonesia pada 8 Februari dan di Universitas Gadjah Mada pada 10 Februari 2017.
Ketua Kehormatan Bridges di Indonesia, Jusuf Kalla, mengapresiasi acara ini. "Saya menyambut baik, karena pertama, kita ingin semacam dialog Timur-Barat, karena yang datang kebanyakan dari Barat," kata Kalla.
Alasan lain adalah ceramah-ceramah para pemenang Hadiah Nobel itu diharapkan memberi horizon baru bagi mahasiswa dan dosen dalam sains dan teknologi serta mendorong perdamaian. "Ini suatu yang baik. Mudah-mudahan semua berjalan dengan baik," kata Kalla.
AMIRULLAH