TEMPO.CO, Bandung - Gempa mengguncang dua kawasan di Papua pada Rabu, 12 Oktober 2016. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono menginformasikan, kedua lindu di Sorong dan Teluk Bintuni itu tidak menimbulkan tsunami.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa pertama yang mengguncang wilayah Sorong terjadi pada pukul 01.46.05 WIB dengan kekuatan magnitudo 4,2. Pusat gempa (episentrum) pada koordinat 0,76 derajat Lintang Selatan dan 131,27 derajat Bujur Timur pada kedalaman 5 kilometer.
Gempa kedua yang mengguncang Teluk Bintuni terjadi pada pukul 06.29.08 WIB, dengan kekuatan magnitudo 5,4, dengan episentrum pada koordinat 2,26 derajat LS dan 133,86 derajat BT pada kedalaman 10 kilometer.
Kekuatan gempa terasa dengan skala intensitas II versi BMKG atau III-IV skala MMI. Beberapa wilayah di Sorong yang dilanda guncangan adalah Kalawas, Papermaranda, Melih, Selebar, dan Makbon.
Adapun gempa Teluk Bintuni dirasakan dalam wilayah yang lebih luas, mencakup Bisaisona, Sinyori, Mangkoi, Randepandai, Mondan, dan Robobusai.
"Selain berlarian, warga dilaporkan panik. Belum ada laporan kerusakan akibat gempa tersebut," kata Daryono.
Ditinjau dari kedalaman hiposentrumnya, kedua fenomena alam ini merupakan gempa bumi dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif.
Gempa Sorong memiliki episentrum di jalur sesar Sorong. Sesar ini merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang bergeser ke arah barat melintasi laut Maluku ke arah Sulawesi dan hingga kini masih sangat aktif membangkitkan gempa dangkal.
Adapun gempa Teluk Bintuni memiliki episentrum di zona gempa Lengguru Fold-Thrust Belt. Zona gempa ini tak kalah aktif dibanding sesar Sorong. "Namun kedua gempa ini tampaknya tidak berhubungan satu sama lain karena jarak kedua sumber gempa cukup jauh," ucapnya.
ANWAR SISWADI