TEMPO.CO, Mojokerto - Pelan-pelan, sosok dan rekam jejak Dimas Kanjeng Taat Pribadi mulai terkuak. Sebelum mendirikan Padepokan di Probolinggo dan terkenal dengan kemampuan memunculkan uang banyak dari dalam bajunya, Dimas Kanjeng diduga pernah jadi pengurus Yayasan Amalillah.
Sumber Tempo yang juga kolega Abdul Gani, salah satu korban pembunuhan yang didalangi Dimas Kanjeng, menjelaskan sepak terjang pria bertubuh tambun tersebut. “Sebelum mendirikan padepokan, Dimas Kanjeng menjadi pengurus Amalillah tingkat Jawa Timur,” kata warga Kabupaten Probolinggo yang enggan disebut namanya ini saat dihubungi, Selasa, 11 Oktober 2016.
Baca: Ini Daya Tarik Dimas Kanjeng di Kalangan Wanita
Yayasan Amalillah adalah sebuah yayasan yang didirikan tahun 1999 dengan Ketua Umum Raden Aiyon Suharis Restuningrat alias Agus Winarto. Aktivitas yayasan ini menggalang dana dari jutaan orang dan dijanjikan akan kembali ke masyarakat dalam bentuk modal kerja. Ada juga yang dijanjikan akan digunakan sebagai dana pemberangkatan ibadah haji. Namun ternyata semua itu hanya modus penipuan dan penggelapan dana.
Dalam kurun waktu 2006 sampai 2008, pengurus Yayasan Amalillah di sejumlah kota ditangkap polisi atas laporan penipuan dari masyarakat. April 2008, Raden Aiyon sebagai pimpinan pusat Amalillah ditangkap Kepolisian Daerah Jawa Barat. Tahun 2015 Raden Aiyon dikabarkan meninggal dunia.
Baca: Ini Komentar Ridwan Kamil soal Korban Dimas Kanjeng
Tidak diketahui apakah Dimas Kanjeng juga tersangkut penipuan dan penggelapan oleh Yayasan Amalillah. Setelah aktivitas Amalillah meredup, Dimas Kanjeng yang dikenal suka berguru ke sejumlah guru spiritual, mulai merintis padepokan yang kemudian diberi nama Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. “Padepokan mulai dirintis tahun 2007 bersama tiga orang yang disebut sebagai santrinya,” kata kolega Abdul Gani tersebut.
Tiga orang yang jadi orang kepercayaan Dimas Kanjeng itu antara lain Abdul Gani, Ismail Hidayah, dan Ainul Yaqin. Namun akhirnya Gani dan Ismail dibunuh oleh sejumlah orang atas perintah Taat. “Keduanya dibunuh karena diduga menyimpan banyak rahasia padepokan yang selama ini melakukan penipuan dengan modus penggandaan uang,” kata Kepala Kepolisian Resor Probolinggo Ajun Komisaris Besar Arman Asmara Syarifuddin. Sedangkan Ainul Yaqin belum diketahui keberadaannya.
Baca: Terungkap Kisah Dimas Kanjeng Merusak Rumah Tangga
Dimas Kanjeng akhirnya ditangkap polisi dari Kepolisian Daerah Jawa Timur di padepokannya, Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Gading, pada Kamis, 22 September 2016, atas tuduhan membunuh dua pengikutnya, Ismail Hidayah dan Abdul Ghani. Penangkapan itu melibatkan sekitar 1.000 personel.
Dimas Kanjeng juga dijerat kasus penipuan dan penggelapan dengan kedok penggandaan uang terhadap ribuan pengikutnya. Puluhan orang telah melapor ke polisi dengan membawa sejumlah barang bukti, di antaranya emas batangan dan uang palsu serta benda aneh alat pengganda uang.
ISHOMUDDIN