TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Departemen Bidang Energi dan Energi Terbarukan DPP Partai Golkar, Dedy Arianto, menyatakan mundur dari kepengurusan Partai Golkar. Hal ini terkait dengan dukungan Partai Golkar kepada Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. "Secara resmi sudah saya sampaikan via whatsapp tapi mereka meminta dikirim surat di atas materai Rp 6 ribu, mungkin besok saya berikan," kata Dedy saat dihubungi, Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016.
Dedy mengatakan bahwa dia sudah sejak lama tidak setuju dengan keputusan partainya untuk mendukung Ahok. Alasannya bukan hanya perbedaan prinsip dalam hal agama saja. Dedy juga mengamati bahwa Ahok bukanlah seorang yang loyal. Menurut Dedy, sebenarnya banyak pihak yang sepemikiran dengan dia. Namun, belum semua orang mau mengutarakannya. Ia pun mengaku telah berdiskusi dengan rekan-rekannya di Golkar.
Namun karena tidak ada respon ia pun akhirnya mengambil langkah untuk mundur dari kepengurusan DPP. "Saya tunggu tidak ada respon dari partai sampai akhirnya muncul soal Al-Maidah. Saya pun meyakini saya harus mengambil sikap yang tegas," kata dia.
Meski telah mundur sebagai pengurus DPP partai Golkar, Dedy mengaku memilih bertahan di partai berlambang beringin tersebut. Sebagai anggota ia pun meyatakan saat ini ia hanya bisa menyadarkan rekan-rekan lainnya mengenai dukungan terhadap Ahok.
Dedy pun mengatakan agar rekan-rekan, yang memiliki pandangan sepertinya berani bersikap. Dedy pun mengatakan bahwa tidak bisa seolah-olah partai memaksa untuk memiliki pandangan yang sama.
Dedy juga mengaku enggan menarik pernyataan mundurnya meski Ahok telah meminta maaf. Dedy menyebutkan Ahok meminta maaf merupakan sebuah keharusan lantaran pernyataannya dianggap telah melukai umat muslim. "Meski sudah dimaafkan, luka itu belum tentu hilang," ujar dia. *
MAWARDAH NUR HANIFIYANI