TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Agama DPP Partai Demokrat Khatibul Umam Wiranu meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta maaf atas pernyataannya yang dianggap melecehkan ayat Al-Quran beberapa waktu lalu. Menurut Wiranu, mengeksploitasi keyakinan ajaran agama lain demi kepentingan dia atau kepentingan politiknya tidak pantas.
Wiranu mengatakan pernyataan Ahok menunjukkan ia telah menjadikan teks kitab suci yang dipandang sakral sebagai instrumen politik dan membawanya ke panggung politik praktis. Selain itu, kata Wiranu, pernyataan Ahok menunjukkan ketidakpahamannya tentang Al-Quran yang memang bukan kitab suci yang diyakini Ahok.
Baca juga:
Survei: Ahok Disokong Segmen Mapan, Anies & Agus?
Survei Populi: Elektabilitas Ahok 45,5 Persen, Tidak Anjlok
“Pernyataan Ahok tersebut adalah pernyataan naif dan sama sekali menunjukkan ketidakpahamannya tentang sejarah umat Islam di Indonesia,” ujar Khatibul Umam Wiranu dalam pesan tertulisnya, Ahad, 9 Oktober 2016.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada 30 Maret 2016 dalam pidatonya mengaku sering mendapat tekanan dari sebagian orang yang berkiblat pada Al-Quran, Surat Al-Maidah ayat 51. Dalam ayat tersebut disebutkan orang Islam dilarang memilih pemimpin dari orang-orang yang beragama Yahudi dan Nasrani.
"Bapak Ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pakai Surat Al Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak apa-apa. Karena ini kan hak pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu gak usah merasa gak enak. Dalam nuraninya gak bisa pilih Ahok," kata Ahok dalam pidato tersebut.
Menurut Wiranu, Ahok semestinya menyadari Islam tidak pernah anti-terhadap nilai-nilai demokrasi sejauh dijalankan dengan baik dan tidak bertentangan dengan akidah umat Islam. Karena itu, Wiranu menganggap tindakan Ahok merupakan bentuk keteledoran dan kekeliruan yang fatal. Sehingga, sebagai pejabat dan pemimpin masyarakat, Ahok harus secara dewasa menyampaikan pernyataan maaf atas pernyataan tersebut kepada seluruh warga DKI Jakarta.
“Pernyataan maaf tersebut tidak hanya ditujukan kepada umat Islam yang secara langsung dinistakan oleh pernyataan tersebut, tapi juga kepada seluruh masyarakat yang beragama selain Islam,” kata Wiranu.
Wiranu berharap peristiwa yang dianggap penistaan agama itu menjadi peristiwa terakhir, dan Ahok harus menunjukkan dia sebagai figur yang tidak selamanya benar di hadapan publik, terlebih bila dikaitkan dengan keyakinan agama.
”Menjelang pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok harus memberi contoh tentang pemimpin yang menghargai perbedaan, tidak mengeksploitasi perbedaan dan menjadikannya musuh untuk kepentingan politik praktis,” ucap Wiranu.
DESTRIANITA | LARISSA
Baca juga:
Survei: Ahok Disokong Segmen Mapan, Anies & Agus?
Jadi Korban Dimas Kanjeng, Satu Keluarga Ini Depresi