TEMPO.CO, Surabaya - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) melakukan penguatan dan pelebaran tanggul penahan kolam lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad, 2 Oktober 2016. Penguatan tanggul lumpur dilakukan untuk mengantisipasi musim penghujan yang diprediksi datang lebih awal. BPLS juga menyiapkan belasan pompa di sejumlah titik tanggul.
Juru bicara BPLS, Hengki Listria Adi, mengatakan penguatan dan pelebaran tanggul difokuskan di sisi utara kolam lumpur, yakni di tanggul titik 71, Desa Gedungbendo, dan tanggul titik 81, Desa Glagaharum. "Ditinggikan dengan elevasi 3-6 meter dengan lebar 5 meter," ucap Hengki kepada Tempo, Ahad, 2 Oktober 2016.
Menurut Hengki, tanggul penahan kolam lumpur di sisi utara paling rawan jebol. Setiap musim penghujan, tanggul tersebut sering jebol. "Karena itu, kami berfokus pada penguatan dan pelebaran tanggul di sana," ujar Hengki.
Saat ini rata-rata tinggi tanggul di kolam lumpur seluas 634 hektare itu mencapai 11 meter. Adapun rata-rata volume lumpur dari dua titik pusat semburan mencapai 30-40 ribu kubik per hari. "Volume itu jauh lebih kecil daripada semburan pertama kali pada 2006, yakni bisa mencapai 100 ribu kubik."
Untuk mengantisipasi meluapnya lumpur, BPLS menyiapkan 14 pompa, tiga di antaranya pompa berukuran besar. Pompa itu dipasang di tanggul titik 22, Desa Mindi, dengan jumlah 4 buah; titik 71, Desa Ketapang (4), titik 68, Desa Gedungbendo (2), dan titik 83, Desa Glagah Arum (4).
"Satu pompa besar di tanggul titik 83 berfungsi menyalurkan lumpur dari dalam tanggul ke Kali Porong," tuturnya. Di samping pompa, BPLS juga mengoperasikan kapal keruk masing-masing dua buah di tanggul titik 42, Desa Renokenongo, dan tanggul titik 25, Desa Mindi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya, memperkirakan musim hujan 2016/2017 di Jawa Timur maju dari normalnya, yakni pada Oktober 2016.
NUR HADI