TEMPO.CO, Lamongan - Kecelakaan maut terjadi antara kereta api Argo Anggrek dan Toyota Avanza bernomor polisi L-1687-RC di perlintasan kereta tanpa palang pintu di Plaosan, Babat, Lamongan, Kamis, 29 September 2016. Diduga sopir mobil Avanza, Hariyono, menerobos lintasan rel kereta api tanpa memperkirakan jarak kereta yang akan lewat. Lima orang tewas dalam kecelakaan itu.
Kepala Kepolisian Sektor Babat Komisaris Shodikin mengatakan insiden tersebut menyebabkan satu keluarga tewas. Mereka adalah Muniji, 71 tahun; Ahmad Yunus (35); Wakinah (61); Watini (64); dan Susilo (20), warga Jalan Genting, Kalianak, Kecamatan Asomrowo, Surabaya. Adapun sopir Avanza, yaitu Hariyono, dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah, Babat, Lamongan.
“Sopir dalam keadaan kritis,” ujar Shodikin kepada Tempo, Kamis, 29 September 2016.
Jenazah lima korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Lamongan. Mobil yang ditumpangi korban dalam kondisi rusak parah akibat terseret kereta api hingga sekitar 50 meter. Saat kejadian, penjaga lintasan kereta tanpa palang pintu itu tidak ada di tempat.
Menurut Shodikin, korban hendak mengantar pengantin dari rumahnya di Genting, Kalianak, Asemrowo, Surabaya, menuju Babat, Lamongan. Sesampai di Babat, kendaraan melintasi rel kereta api Plaosan, Babat. Pada saat bersamaan, kereta api cepat Argo Anggrek lewat.
Camat Babat Fadeli Purwanto mengatakan pihaknya ikut membantu koordinasi dengan kepolisian untuk mengevakuasi korban. Menurut dia, palang pintu merupakan kebutuhan penting di Kecamatan Babat dan sekitarnya. “Harus dilengkapi perangkatnya,” katanya.
Apalagi, Fadeli melanjutkan, Kecamatan Babat termasuk daerah padat penduduk. Dengan kondisi itu, pihak kereta api diminta untuk menjaga keamanan masyarakat, terutama di sekitar lintasan penyeberangan rel.
SUJATMIKO