TEMPO.CO, Sampang -- Warga korban banjir di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, mengeluhkan bantuan nasi bungkus dari pemerintah tidak merata. Anisa, 30 tahun, warga Kelurahan Delpenang, mengatakan hanya korban banjir yang tinggal di pinggir jalan atau mulut gang yang dapat jatah makan tiga kali sehari.
"Sementara seperti saya yang tinggal di dalam gang, dapat nasi bungkus sekali sehari," kata dia, kepada Tempo, Selasa, 27 September 2016.
Bahkan untuk mendapat sebungkus nasi, Anisa mengaku harus turun dan menerobos banjir saat jam makan tiba. Setelah dapat, dia kembali lagi ke lantai dua rumahnya. Selama tiga hari banjir melanda kota Sampang, banyak warga yang memilih bertahap di lantai dua rumahnya dan enggan mengungsi karena khawatir barang-barang mereka dicuri orang. "Harus warga yang bertahan di rumah diperhatikan," ujar dia.
Hal senada diungkapkan Slamet, warga Kelurahan Rongtengah. Dia mengaku selama tiga hari banjir belum sekalipun dapat bantuan nasi. Sama seperti Anisa, Slamet dan keluarga bertahan di lantai dua rumahnya dengan alasan yang sama khawatir barang-barang dicuri orang.
Karena tak dapat jatah nasi, Slamet mengaku terpaksa turun menerobos banjir untuk menyetok bahan makan seperti beras, air mineral dan mie instan. Dia memasak pakai gas di lantai dua rumahnya. "Kalau lagi gak punya, saya minta kiriman makanan dari keluarga yang tidak kena banjir," ujar dia.
Kepala Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Sampang, Syamsul Arifin mengakui lembaga kewalahan dalam pendistribusian makanan kepada korban banjir. Selain kendala minimnya relawan, Dinsos juga terkendala prasarana di dapur umur.
Syamsul menjelaskan sejak banjir melanda pada minggu 25 September, telah didirikan tiga dapur umum yaitu di Jalan Semeru, daerah Gua Lebar dan di Jalan Imam Gozali. Setiap hari dari pagi hingga sore, setiap dapur memproduksi sebanyak 1.500 nasi bungkus.
Jika dikalkulasi, maka rata-rata produksi nasi bungkus dari tiga dapur umum adalah 4.500 nasi bungku perhari. "Ini tidak cukup karena jumlah korban sekitar 6.000 jiwa," kata dia.
Syamsul berharap banjir segera surut agar seluruh aktifitas di Kota Sampang kembali normal. Data BPBD Sampang menyebutkan banjir yang sempat meninggi pada Selasa pagi, kini telah surut pada Selasa petang. Supriadi, warga Kelurahan Delpenang mengatakan surutnya air ditandai dengan telah bisa dilaluinya jalur Sampang-Omben melalui Kelurahan Delpenang. Sejak minggu jalur ini terputus total karena genangan air mencapai 2 meter.
MUSTHOFA BISRI