TEMPO.CO, Garut - Rumah Sakit Umum Daerah dr Slamet, Garut, Jawa Barat, kembali beroperasi melayani pasien. Pascabanjir rumah sakit milik pemerintah daerah ini sempat lumpuh selama lima hari karena terendam air dan lumpur.
Sejumlah poliklinik telah dibuka untuk memberi layanan kepada warga. Namun, pada hari pertama ini tidak terlihat penumpukan pasien seperti hari biasanya. Kerugian rumah sakit akibat banjir bandang ini mencapai Rp 50 miliar. “Poli gigi yang belum bisa beroperasional karena alat dental unit rusak,” ujar Direktur Rumah sakit Umum Daerah dr Slamet, Garut, Maskut Farid, Senin, 26 September 2016.
Menurut dia, semua pelayanan sudah bisa dilaksanakan, mulai dari instalasi gawat darurat, intensive care unit (ICU), Instalasi Bedah Sentral (IBS), hingga ruang rawat inap. Namun, pelayanan ICU dan IBS belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. “Kita hanya melayani pasien yang gawat saja, kalau pasiennya berat akan kita rujuk ke Bandung,” ujarnya.
Belum maksimalnya pelayanan ini, kata Maskut, karena sejumlah peralatan kesehatan masih mengalami kerusakan. Peralatan yang dibutuhkan saat ini yakni alat bantu kedokteran, seperti alat sterilisasi, linen, alat bedahnostik, radiologi, dan peralatan laboratorium. Pelayanan baru akan maksimal bila semua peralatan sudah siap. “Kita akan mengajukan ke Badan Penanggulangan Bencana terkait peralatan yang dibutuhkan agar cepat tersedia,” ucapnya.
Simak:
Habiburokhman Cs Minta KPUD Publikasikan Tes Kejiwaan Calon
Mengejutkan, Gadis Ini Berkedip Setelah 300 Tahun Kematiannya
Agus Menjawab Dugaan Cedera Punggung dan Karier Militernya
Selain itu, rumah sakit mengalami kekosongan persediaan obat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pasien saat ini, pihak rumah sakit mengandalkan obat dari bantuan farmasi. Bila obat tersebut tidak ada, pihak rumah sakit membelinya di apotek luar. Namun meski begitu, Maskut mengaku kebutuhan obat untuk pasien saat ini tidak terbengkalai.
Meski telah dibuka, proses pembersihan lumpur di sekitar rumah sakit masih terus dilakukan. Bahkan sisa-sia lumpur juga masih terlihat. Karena itu, sejumlah mobil pemadam kebakaran membantu membersihkan lumpur dengan cara disiram.
Akibat lumpuhnya rumah sakit ini, sejumlah puskesmas, poliklinik, dan rumah sakit di Garut, kebanjiran pasien miskin. Alasannya karena hampir 60 persen pasien BPJS kelas tiga banyak berobat ke RSUD.
Baca: Kapolri Janji Selidiki Penyebab Banjir Garut
Salah seorang pasien, Mawardi, 63 tahun, warga Kelurahan Suci Kaler, Kecamatan Karangpawitan, mengaku sempat kesulitan saat RSUD berhenti beroperasi. Alasannya karena dia telah mendapatkan jadwal kontrol pemeriksaan dokter dan laboratorium. Akhirnya dia pun terpaksa berobat ke rumah sakit swasta. “Terpaksa saya periksa ke Rumah Sakit Nurhayati, karena disini tutup," ujar Mawardi saat menunggu antrean di laboratorium RSU dr Slamet.
Mawardi bersyukur hari ini rumah sakit kembali dibuka. Ia mendapat informasi tersebut dari sejumlah media massa. Meski masih ada endapan lumpur di halaman rumah sakit, aktivitas pelayanan sudah bisa dilakukan.
Pada hari ini juga sejumlah sekolah yang terdampak banjir bandang mulai melaksanakan kegiatan belajar-mengajarnya. Pada banjir bandang kemarin, sedikitnya terdapat sebelas sekolah terendam. Sedangkan siswa yang terdampak tercatat 2.000 lebih, enam orang meninggal dan empat orang hilang.
Simak: Banjir di Depok Terjadi Akibat Tata Kota Semrawut
Seperti halnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tarogong Kidul. Pada hari pertama ini, pihak sekolah mendata siswa yang terkena banjir. Seusai upacara, para siswa langsung masuk kelas, sebelum memulai pelajaran para siswa terlihat hanya berbagi cerita dengan dan guru dan siswa lainnya terkait dengan bencana banjir. “Upaya ini kami lakukan untuk memulihkan mental siswa, supaya mereka siap untuk belajar kembali,” ujar Kepala SMPN 3 Tarogong Kidul Haliman.
Menurut dia, kondisi sekolah yang masih berantakan juga dapat mempengaruhi konsentrasi siswa. Karena itu dia mengaku pembelajaran baru akan efektif selama satu pekan ke depan. “Banyak peralatan belajar yang terendam, seperti perpustakaan semua bukunya hancur,” ujar Haliman.
Hingga berita ini ditulis, tim SAR kembali menemukan korban banjir di Waduk Jati Gede, Sumedang. Korban yang ditemukan ini berjenis kelamin perempuan. Korban dibawa ke rumah sakit TNI Guntur untuk diidentifikasi.
SIGIT ZULMUNIR