TEMPO.CO, Surabaya – Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengupayakan pengurangan jumlah volume sampah di Kota Surabaya. Dari total 1.700-1.800 ton sampah yang diangkut 36 truk compactor (pengangkut sampah) setiap hari, hanya 1.500 ton yang sampai ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Benowo.
Lalu ke mana 200 ton sampah sisanya?
Wisnu Wibowo, Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya menjelaskan cara lain mengurangi sampah dengan pengadaan rumah kompos dan aktivitas pemilahan sampah.
“Selisih yang diangkut dan yang sampai di Benowo itu dikurangi di rumah-rumah kompos, aktivitas bank sampah, dan pembuatan kompos di kampung,” tutur Wisnu kepada Tempo di kantornya, Rabu, 21 September 2016.
Baca juga:
Jerman Bakal Belajar Perkotaan dari Risma
Tukang Kebun Ini Ternyata Raja di Negaranya
Menurut dia, pemilahan sampah menjadi cara yang paling jitu dalam mengurangi jumlah sampah. Tidak hanya di TPA, pemilahan harus sudah dilakukan dari tingkat rumah. Dengan demikian, tidak semua sampah akan dikirim ke Benowo. Sampah yang sudah terpilih akan dikirim ke rumah kompos bagi jenis sampah organik atau dijual ke bank sampah jika sampah bisa didaur ulang.
Wisnu menambahkan, dalam dua tahun ini, pihaknya juga sudah melakukan program pengurangan jumlah sampah di pasar melalui pemilahan. Sampah tetap dibagi menjadi dua jenis, yakni organik dan anorganik.
Setidaknya, kata dia, sudah ada sepuluh pasar di Surabaya yang menerapkan program ini. Sampah yang masih bisa digunakan (anorganik) akan dijual para pedagang ke bank sampah. Imbalannya, uang yang terkumpul dalam bank sampah bisa digunakan untuk membayar uang sewa stan tempatnya berjualan.
Wisnu menyebutkan tiga pasar yang dianggap berhasil melakukan program ini, yakni Pasar Wonokromo, Kelampis, dan Pasar Induk Osowilangun, Surabaya. Itu sebabnya, "Tidak semua sampah ke TPA,” katanya.
WULAN GOESTIE | NIEKE INDRIETTA