TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologoi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kasbani mengatakan, mulai bulan ini lembaganya menerbitkan peta berkala yang berisi potensi kerentanan gerakan tanah per kabupaten/kota, khusus yang berada di Pulau Jawa. “Kita bisa memberikan informasi yang lebih detil, dan tentunya lebih memudahkan daerah kota menyiapkan antisiapsi,” kata dia, Kamis, 22 September 2016.
Kasbani mengatakan, tiap awal bulan PVMBG menerbitkan peta prakiraan kerentanan gerakan tanah yang berisi informasi daerah-daerah yang berpotensi longsor. Biasanya, peta yang diterbitkan itu mencakup satu provinsi. Peta itu setiap bulan dikirimkan pada masing-masing pemerintah provinsi di seluruh Indonesia, serta BNPB.
Menurut Kasbani, lembaganya sudah memiliki peta dasar kerentanan gerakan untuk setiap provinsi di Indonesia. Peta dasar itu kemudian dikawinkan dengan peta prakiraan curah hujan selama sebulan ke depan yang diperoleh dari BMKG. “Itu menjadi peta prakiraan gerakan tanah yang tiap awal bulan kita berikan,” kata dia.
Pada peta prakiraan gerakan tanah yang diterbitkan PVMBG menggambarkan tingkatan potensi rawan longsor yang terjadi di tempat itu dengan tanda arsiran warna-warna yang berbeda. Ada tiga warna yang dipergunakan, yakni hijau untuk areal dengan potensi gerakan tanah rendah, kuning potensi terjadi gerakan tanah menengah, dan merah potensi terjadi gerakan tanah tinggi.
Dalam sepekan terakhir, bencana longsor terjadi hampir di tiga wilayah di Jawa Barat yaitu di Kuningan, Tasikmalaya dan Sumedang. Sedangkan banjir bandang terjadi di Garut.
Di Sumedang, longsor di Cadas Pangeran pada Selasa malam lalu menyebabkan jalan tertutup. Menurut Kasbani, PVMBG telah merekomendasikan agar masyarakat di sekitar lokasi bencana segera diungsikan. “Tebingnya sangat terjal, rumah yang berada di lereng di sekiar lokasi bencana harus direlokasi,” kata Kasbani.
Peringatan serupa diungkapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Masyarakat diminta mewaspadai banjir dan longsor yang diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, dalam beberapa bulan kedepan, curah hujan akan berada di atas normal. Apalagi fenomena La Nina sudah terdeteksi meskipun intensitasnya lemah, dipol negatif di Samudera Hindia, dan masih hangatnya kondisi laut di perairan Indonesia. Kondisi itu membuat suplai uap air di wilayah Indonesia melimpah, sehingga potensi hujan dengan durasi panjang akan semakin tinggi.
AHMAD FIKRI