TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta warga negara Indonesia menghindari wilayah laut yang rawan perompakan dan penculikan. Hal itu disampaikannya saat kembali dari Filipina, seusai serah terima WNI yang bebas dari penyanderaan sejak Juli 2016.
Para WNI yang baru bebas dari tawanan Abu Sayyaf tersebut, adalah awak kapal pukat penangkap ikan berbendera Malaysia. Mereka adalah WNI asal Nusa Tenggara Timur, masing-masing bernama Emmanuel, Lorens Koten, dan Theodorus Kopong.
“Saya sampaikan pada mereka, juga ke teman-teman yang (lain) di NTT sana, tak usah lagilah cari-cari ikan di situ (wilayah rawan). Merepotkan, cari di tempat lain," ujar Ryamizard lewat keterangan pers Kemhan, Senin, 19 September 2016.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu pun berharap agar penculikan terhadap WNI tak terulang.
Emmanuel dan kedua rekannya diculik di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia, pada 8 Juli 2016. Belum ada penjelasan resmi terkait dengan proses dan cara pembebasan para WNI itu, tapi Ryamizard sempat menyebut ada satu tawanan WNI lain, yang tengah dinegosiasikan pembebasannya.
“Mudah-mudahan bisa lepas satu, berarti empat. Kalau yang tiga sudah pasti, yang satu ini kan belum pasti,” ujar Ryamizard.
Kelompok Abu Sayyaf pun bertanggung jawab atas dua kasus penculikan lain yang terjadi pada Juni dan Agustus 2016.
Bebasnya Emmanuel dan rekannya mengurangi jumlah tawanan Abu Sayyaf. Dari sebelas WNI yang diculik dari tiga kasus perompakan berbeda, lima orang telah bebas.
Dua orang bebas pada Agustus lalu. Mereka adalah Muhammad Sofyan dan Ismail, dua dari tujuh awak kapal Charles 001 berbendera Indonesia, yang diculik pada 21 Juni 2016. Pembebasan lima orang lainnya tengah diupayakan baik oleh pemerintah Indonesia maupun Filipina.
YOHANES PASKALIS