Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gugat BPN, Abdi Dalem Keraton Bawa Kepala Sapi Saat Sidang

Editor

Mustafa moses

image-gnews
Seorang pria menarik kepala seekor sapi usai disembelih dalam prosesi Kurban Idul Adha di Jakarta, 12 September 2016. REUTERS
Seorang pria menarik kepala seekor sapi usai disembelih dalam prosesi Kurban Idul Adha di Jakarta, 12 September 2016. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta, Ki Lurah Sastro Mangun Darsono, 66 tahun, mendatangi Pengadilan Negeri Sleman sambil membawa kepala sapi, Selasa, 13 September 2016. Dengan keris menghunus ia berorasi di depan kantor menuntut diberikannya sertifikat tanah miliknya.

Ia berjuang mendapatkan kembali sertifikat tanah seluas  322 meter persegi dan 1.745 meter persegi miliknya. Kakek ini menggugat Badan Pertanahan Sleman karena tidak mau memberikan sertifikat miliknya. "Saya ini korban, kepala sapi ini simbol pengorbanan," kata Mbah Darsono, panggilan akrabnya, Selasa, 13 September 2016.

Ia juga membakar kemenyan dengan mulut komat-kamit memanjatkan permintaan. Berkali-kali ia meminta Badan Pertahanan Sleman untuk meminta sertifikat tapi tidak pernah dikabulkan. Padahal urusan hukum telah selesai di pengadilan. 

Dua lahan warisan yang ia klaim milik keluarganya itu terletak di Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Beragam upaya ditempuh seperti mencium kaki Ngarsodalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X), namun belum membuahkan hasil. Bahkan ia juga berencana mengadakan nasibnya ke Presiden Joko Widodo.

Merasa tidak cukup, usai memanjatkan doa dengan membakar kemenyan, ia juga mengelilingi kantor Pengadilan Negeri Sleman dan menyebar beras berwarna kuning. Tujuannya supaya terhindar dari segala mara bahaya.

"Kepala sapi dan doa-doa saya bawa supaya tidak menjadi korban keserakahan dari para pegawai BPN (Badan Pertanahan Negara)," kata dia.

Gugatan abdi dalem Keraton ini sudah masuk ke Pengadilan Negeri Sleman pekan lalu. Sidang perdana digelar hari ini. Sidang perdana perkara nomor 171 yang rencananya digelar pukul 10:00 WiB molor. Hingga siang hari belum ada tanda-tanda akan dimulai. Sidang dipimpin oleh  Ketua Majelis Hakim, Nyoman Suharta.

Humas Pengadilan Negeri Sleman, Wisnu Kristianto membenarkan  yang menjadi tergugat adalah Kepala Badan Pertanahan Negara Sleman. Sedangkan Darsono menjadi penggugat dalam masalah sertipikat tanah yang belum diberikan. "Gugatannya adalah BPN melawan hukum," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kasus ini bermula saat Darsono kehilangan dua buah sertipikat tanah pada 2012 yang lalu. Satu sertifikat seluas 322 meter persegi dan lainnya seluas 1.745 meter persegi. Saat itu ia membawa sertifikat untuk diagunkan pinjam uang.

Di perjalanan saat mengendarai sepeda onthel, sertifikat itu jatuh dan hilang di sekitar Jalan Kaliurang. Ia juga sudah melapor ke polisi dan Badan Pertanahan Nasional atas kehilangan sertifikat itu.

Ia meminta Badan Petanahan Nasional untuk memblokir sertifikat. Namun seminggu setelah kehilangan ada orang mengklaim sertifikat itu. Ia dipanggil oleh kantor Pertanahan Sleman untuk dikonfirmasi. Kantor itu lalu berinisiatif untuk menahan sertifikat itu. 

Namun, tiba-tiba, pada 2013 ia digugat bank perkreditan rakyat Arya Mas Karanganyar Jawa Tengah. Ia digugat bank itu karena meminjam uang Rp 60 juta dengan mengagunkan sertifikat tanah dan tidak mengangsur pinjaman.

Padahal ia tidak pernah merasa meminjam uang ke bank itu. Tak cukup digugat oleh bank, pada 2014 ia menjadi tersangka karena dianggap menipu dalam jual beli tanah. Padahal ia tidak melakukan jual-beli tanah. 

MUH SYAIFULLAH 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

3 hari lalu

Ratusan perempuan mengikuti event lari Mbok Mlayu di Kota Yogyakarta pada Hari Kartini 2024. Dok.istimewa
Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

7 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

11 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

12 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

18 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

22 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

22 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

42 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

42 hari lalu

Prajurit Keraton Yogyakarta mengawal arak-arakan gunungan Grebeg Syawal di halaman Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, 18 Juli 2015. Sebanyak enam buah gunungan diarak dalam acara ini. TEMPO/Pius Erlangga
269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755