TEMPO.CO, Batu - Istri mendiang pejuang HAM Munir Said Thalib, Suciwati mengingatkan anak muda untuk tak melupakan sejarah. Termasuk melupakan pejabat militer pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang sekarang diangkat menjadi menteri. "Dulu penjahat HAM, sekarang menjabat Menteri Koorinator Politik Hukum dan Keamanan. Namanya Wiranto," kata Suciwati dalam diskusi di Omah Munir, Sabtu malam 10 September 2016.
Wiranto, katanya, saat penculikan dan penembakan mahasiswa 1998 menjabat sebagai Panglima ABRI. Pada 1999, PBB menetapkan sebagai penjahat HAM. Lantas, Presiden Abdurrachman Wahid atau Gus Dur emberhentikannya. "Orang yang bermasalah hukum, sekarang malah diangkat menteri untuk menyelesaikan hukum," katanya.
BACA: Tanggapan Wiranto atas Tudingan Melanggar HAM
Menurut Suciwati Wiranto merupakan salah satu tokoh di balik kekerasan terhadap aktivis mahasiswa saat itu. Untuk itu, dia harus diadili bukan justru dilindungi. Pemerintah sekarang, katanya, telah mengelabui ingatan kolektif masyarakat Indonesia. "Penguasa orde baru diusulkan menjadi pahlawan, namanya Soeharto," katanya.
Penting, katanya, anak muda mengingat sejarah masa lalu. Termasuk mengenal Munir, yang vokal dan kritis terhadap penguasa orde baru saat itu. Membela kaum buruh dan tani serta pencari keadilan. Meski penguasa selalu menuduh Munir sebagai ekstrem kanan, ekstrem kiri maupun Yahudi.
"Munir membela orang tertindas," katanya. Menurutnya, Munir sosok suami dan bapak yang luar biasa. Sosok Munir tak akan tergantikan. Semangatnya harus diteladani oleh generasi muda. Omah Munir didirikan, katanya, selain untuk mengenang dan mengingat rekam jejak Munir juga menjadi pusat pendidikan HAM di Batu.
Wiranto ketika serah terima jabatan Menteri, Juli 2016, menantang penggiat HAM untuk membuktikan dia telah melanggar HAM. "Saya mengharapkan harus jelas locus dan tempus delicti-nya, di mana, kapan, dan apa keterlibatan saya," ucap Wiranto. "Saya akan jelaskan satu per satu."
Wiranto percaya penunjukannya telah melewati pertimbangan matang Presiden Joko Widodo. Ia juga meyakini Presiden telah memahami pengalaman dan track record-nya.
Litbang Front Nahdliyin, Roy Murtadho mengatakan, meski kekuasaan Soeharto telah tumbang. Tetapi propaganda Orde Baru masih kuat di sekitar kita. "Sekarang harus muncul Munir, Munir lain," katanya.
Munir, katanya, telah mewakafkan hidupnya untuk kemanusiaan dan keadilan. Dia bekerja untuk membela orang yang tertindas dan pencari keadilan. Pemutaran film dan diskusi diselenggarakan serentak di 12 Kota mulai 7 September memperingati 12 tahun Munir terbunuh.
EKO WIDIANTO