TEMPO.CO, Solo - Sekelompok massa tak dikenal berusaha membubarkan kegiatan misa arwah yang digelar di Balai Kelurahan Penumping, Laweyan, Kota Solo. Beruntung, pihak kelurahan mampu mencegah terjadinya kekerasan fisik.
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa malam, 6 September 2016. Cerita pembubaran kegiatan memperingati seribu hari meninggalnya salah satu penduduk itu beredar melalui sejumlah media sosial.
Baca Juga:
Lasimin, Lurah Penumping, membenarkan kabar tentang peristiwa tersebut. "Meski sebenarnya tidak seheboh yang beredar di media sosial," katanya saat ditemui, Jumat, 9 September 2016.
Lasimin mengaku berada di lokasi saat terjadi ramai-ramai. Menurut dia, kejadian bermula saat ada salah seorang warga yang bermaksud menyelenggarakan peringatan seribu hari meninggal orang tuanya. "Dia meminjam tempat di balai kelurahan karena rumahnya kecil. Saya memberi izin," kata Lasimin.
Kegiatan yang digelar pada malam hari itu pada awalnya berjalan lancar. Setelah berjalan sekitar 45 menit, tiba-tiba ada sekelompok massa yang berteriak di depan kantor kelurahan. "Mereka meminta agar acara tersebut dihentikan," katanya.
Lasimin bersama sejumlah aparat perlindungan masyarakat (Linmas) yang berjaga lantas menemui massa yang berjumlah sekitar 30 orang itu. "Kami mencoba mengajak mereka berdialog," katanya.
Namun, kata dia, jemaat yang berada di dalam balai kelurahan sudah terlanjur ketakutan dan membubarkan diri. Menurut Lasimin, permasalahan tersebut telah diselesaikan saat itu juga. "Sebenarnya hanya salah paham, mereka mengira acara di balai kelurahan itu peribadatan," kata Lasimin.
Ditambah lagi, acara itu berbarengan dengan salat isya di masjid belakang kantor kelurahan. Lasimin mengaku tidak mengetahui asal muasal kelompok yang hendak membubarkan acara misa arwah itu. "Kemungkinan bukan warga sini. Linmas juga tidak ada yang kenal," katanya.
Penyelenggara kegiatan, Ignasius Wahyudi, mengatakan bahwa acara misa telah selesai saat massa datang. "Tinggal acara ramah-tamah," katanya.
Dia memilih segera menyelesaikan acara itu untuk mencegah keributan yang lebih besar. Meski demikian, dia tetap menyayangkan adanya aksi pembubaran itu. "Selama ini acara di kelurahan berjalan lancar," katanya.
Menurut dia, balai kelurahan itu sering digunakan warga untuk acara keagamaan, mulai dari pengajian hingga perayaan Natal.
AHMAD RAFIQ