TEMPO.CO, Tanah Datar - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengunjungi kawasan kerajinan songket di Kecamatan Lintas, Sumatera Barat, Selasa, 6 September 2016. Kalla melihat dari dekat dan berdialog dengan perajin songket Pandai Sikek.
Kalla dan rombongan tiba sekitar pukul 10.15 WIB. Begitu sampai di lokasi acara, Kalla disambut beberapa perajin Pandai Sikek berpakaian adat. Mereka lalu mengalungkan Kalla dengan songket ungu. Kalla lalu meninjau beberapa perajin Pandai Sikek yang sedang menenun kain.
"Ini dari bahan apa?" Kalla bertanya.
"Ini dari bahan alami, Pak. Warnanya juga bahan alami," kata Nurlaili, seorang perajin Pandai Sikek yang sedang menenun. Nurlaili kemudian bercerita, lama pengerjaan sehelai songket berukuran 3 meter bisa mencapai tiga pekan. Harganya Rp 1-2 juta, bergantung pada tingkat kerumitan coraknya.
Perajin songket di Jorong Tanjung Modang berada di bawah binaan Dewan Kerajinan Nasional Kebupaten Tanah Datar. Dinas kerajinan nasional daerah setempat telah membina lima kelompok kerajinan tenun dengan jumlah anggota 153 orang.
Kepada Kalla, kelompok perajin tenun ini berharap mendapat perhatian agar songket bisa lebih banyak dikenal. "Kami ingin nantinya bukan cuma songket, tapi juga fashion," kata seorang perajin Pandai Sikek. Dia berharap songket bisa lebih banyak digunakan berbagai kalangan, sebagaimana batik. "Soal harga, kami bisa bersaing dengan batik," tuturnya.
Kecamatan Lintau, Kabupaten Tanah Datar, adalah kampung halaman Mufidah, istri Kalla. Kunjungan ke Pandai Sikek di Jorong atau Desa Tanjung Modang ini adalah rangkaian kunjungan hari kedua Kalla di Sumatera Barat, yakni 5-6 September 2016.
Selain ke Pandai Sikek, Kalla menghadiri peletakan batu pertama Masjid Raya Tanjung Bonai. "Saya mau ini meningkat lebih dari songket. Ini kan masih dasar. Saya minta dibina seterusnya supaya songket ini bisa dipakai semua kalangan," tutur Mufidah.
AMIRULLAH