TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 77 organisasi yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat untuk Demokrasi memperingati "September Hitam". Di antaranya Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Aliansi Mahasiswa Papua, Gusdurian, Imparsial, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Serikat Jurnalis untuk Keragaman, Perempuan Mahardhika, Belok Kiri Festival, serta beberapa lembaga bantuan hukum di berbagai daerah.
Feri Kusuma, dari Kontras, menjelaskan, nama September Hitam dilatarbelakangi berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi sepanjang September. Salah satunya pembunuhan terhadap Munir Said Thalib.
"Munir saat itu adalah aktivis yang paling vokal, berani, dan jujur mengungkap berbagai ketidakadilan," kata Feri dalam pembukaan acara “September Hitam” di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Minggu, 4 September 2016.
Baca juga: 12 Tahun Kematian Munir, 23 Kota Putar Film
Namun, menurut Feri, pada 7 September 2004, Munir dibungkam dan dibunuh dengan cara diracun. "Pelaku baru satu orang, itu pun dibebaskan," ujarnya.
Aryo Wisanggeni, dari AJI, mengatakan, pada September, korban dan keluarga korban pelanggaran HAM mengingat peristiwa itu. Seperti peristiwa Tanjung Priok 1984, peristiwa Semanggi II pada 1999, serta pelanggaran HAM lain, dari Aceh sampai Papua.
Gerakan Masyarakat untuk Demokrasi, yang disingkat menjadi Gema Demokrasi, tak sekadar mengingatkan publik tentang kekejaman Orde Baru dan peristiwa belasan tahun lalu. Mereka juga memaparkan ada bentuk pengekangan kebebasan terhadap para korban ataupun masyarakat yang ingin membuka ruang diskusi terkait dengan peristiwa 65 selama 2014-2016.
"Belum lagi praktek-praktek kekerasan berbentuk pembungkaman ekspresi demokrasi lain, seperti pelarangan terhadap perpustakaan jalanan di Bandung," kata Aryo.
Feri juga mencontohkan kriminalisasi terhadap Koordinator Kontras Haris Azhar merupakan bentuk pembungkaman zaman sekarang. Haris membeberkan cerita terpidana narkoba Freddy Budiman pada akhir Juli lalu. "Pola seperti ini terjadi di Orde Baru, tapi korbannya ditangkap, diculik, lalu dihilangkan," katanya.
Aryo menilai esensi peringatan September Hitam adalah merawat ingatan tentang kejadian masa lalu itu. "Semoga tidak terulang," ucapnya. "Tentu di ruangan ini tidak ada yang mau diperlakukan secara kejam, tapi inilah yang terjadi pada waktu itu."
REZKY ALVIONITASARI