TEMPO.CO, Kupang - Gempa bumi berkekuatan 3,0 skala Richter (SR), Kamis, 1 September 2016, mengguncang Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Gempa ini dipicu aktivitas sesar lokal.
Pusat lindu terletak pada 8,66 Lintang Selatan dan 120,45 Bujur Timur, tepatnya di darat pada jarak 6 kilometer selatan Kota Ruteng pada kedalaman 10 kilometer.
"Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan cukup kuat terjadi di daerah Ruteng, Lao, Rejeng, Kuwu, Deru, Wodo, Wado, Tando, dan Todo pada skala intensitas II SIG BMKG (III-IV MMI)," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Kupang Sumawan melalui siaran pers yang diterima Tempo, Jumat, 2 September.
Beberapa warga dilaporkan sempat berlarian dan berhamburan ke luar rumah karena terkejut atas guncangan yang tiba-tiba menyentak. Meski demikian, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempa bumi.
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, menurut Sumawan, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Berdasarkan peta tatanan tektonik daerah NTT, tampak bahwa di zona gempa bumi memang terdapat struktur sesar mendatar.
Catatan aktivitas gempa bumi BMKG menunjukkan bahwa di Ruteng pernah terjadi gempa bumi kuat dengan magnitudo M=5,9 pada 6 Agustus 1982. Gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah, gedung perkantoran, dan rumah sakit.
Selanjutnya, pada 25 Maret 2003, di Ruteng juga kembali terjadi gempa bumi berkekuatan M=5,3, yang menyebabkan terjadinya kerusakan rumah di Ruteng dan Ende. Menurut laporan, selain merusak beberapa rumah, gempa bumi ini juga menelan korban jiwa sebanyak empat orang dan sebanyak 20 orang menderita luka-luka.
YOHANES SEO