TEMPO.CO, Jakarta - Petugas kepolisian terus mendalami dan menyelidiki keterangan tersangka IAH, 17 tahun, terkait aksi teror terhadap pastor Gereja Stasi Santo Yoseph, Albert Pandiangan, pada Minggu, 28 Agustus 2016.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Agus Rianto menyebut IAH mendapatkan tawaran uang Rp 10 juta dari seseorang.
"Jadi IAH ditawari uang. 'Kalau mau, saya kasih Rp 10 juta'," kata Agus Rianto menirukan pengakuan IAH di Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016. Agus mengatakan IAH mau menerima uang, tapi remaja itu belum mengetahui dana itu untuk keperluan apa.
Baca:
Polri: Pelaku Bom di Gereja Medan Ditawari Uang Rp 10 Juta
Pelaku Bom Gereja di Medan Belajar dari Internet
Menteri Wiranto: Pelaku Bom Gereja di Medan "Solo Karier"
Agus mengatakan IAH bertemu orang itu pada Kamis, 25 Agustus 2016, hingga terjalin komunikasi. Orang yang tidak dikenal itu pun mengarahkan tersangka. Alhasil, seusai bertemu, IAH merakit bom dengan menyambungkan korek api dengan kabel dan sekantong bubuk yang diberi orang tersebut.
IAH merangkai benda-benda tersebut sesuai dengan arahan dari orang yang baru dikenalnya itu dan pengetahuan yang diperolehnya dari Internet. Bahkan bom yang dirakit IAH sempat meledak dan menimbulkan suara seperti ban pecah, yang diketahui kakak tersangka di rumahnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat Polda Sumatera Utara Mangantar Pardamean Nainggolan. Menurutnya, dari pemeriksaan yang telah dilakukan belum terungkap siapa yang menyuruh IAH. "Masih terus diperiksa personel Polres. Nanti kalau sudah jelas akan kami sampaikan," ujarnya.
Adapun barang bukti yang sudah disita penyidik dari kediaman IAH adalah detonator, baterai, pipa tiga potong, paspor atas nama IAH dan buku mengenai robot.
Meskipun pemeriksaan masih berlangsung, namun Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso, telah mengklaim bahwa IAH bergerak sendirian. Dia menegaskan bahwa tersangka itu juga tidak masuk jaringan terorisme tertentu.
"Itu pemain sendiri, seperti juga di Solo. Dari peta BIN, dia tidak masuk jaringan tertentu," kata Sutiyoso di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin 29 Agustus 2016.
Sutiyoso menambahkan IAH adalah simpatisan ISIS yang mempelajari kelompok ekstremis di Suriah itu dari internet. "Ia terinspirasi kelompok garis keras dari internet, lalu ia belajar mengemas bom dari internet," kata dia.
Dalam penggeledahan, kata Sutiyoso, ditemukan gambar ISIS dan tulisan 'I Love Al Baghdadi. "Itu kan menunjukan dia simpatisan."
Hak senada diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Dia menyatakan IAH tidak berhubungan dengan jaringan terorisme internasional. "Sekarang sedang pendalaman, dan hasil pendalaman dia bukan termasuk jaringan terorisme internasional," ujarnya.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan IAH diduga belajar membuat bom melalui online. Bom yang dibikinnya terlihat sederhana, mirip dengan mercon, sehingga ledakannya tidak sempurna. "Sementara kami anggap ini pelaku tunggal," ujarnya.
IAH gagal menjalankan aksinya untuk meledakkan bom. Tak ada korban dalam aksinya itu. Dia langsung ditangkap jemaah gereja.
ANTARA | SAHAT SIMATUPANG | ARKHELAUS W. | ANDRI EL FARUQI | EZ