TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memperkirakan isu Laut Cina Selatan akan menjadi pembahasan di Konferensi Tingkat Tinggi G-20, yang berlangsung di Cina, pada 4-5 September 2016. Malah, ia yakin sekali bahwa isu tersebut akan dibahas, terutama terkait dengan status perairan Natuna.
"Saya kira isu Laut Cina Selatan itu pasti akan muncul, meski tidak disinggung," ujar Retno di kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 29 Agustus 2016.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu, kawasan perairan Natuna sempat menjadi perhatian akibat insiden pencurian ikan di sana. Sebuah kapal asal Cina yang sedang mencuri ikan di sana dihentikan lewat tembakan kapal perang KRI Imam Bonjol.
Aksi tegas itu memicu reaksi keras dari pemerintah Cina. Mereka mengklaim bahwa perairan Natuna termasuk wilayah perairan tradisional mereka yang selama ini diakui sebagai Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Namun Indonesia bergeming dan malah balik memberi sinyal perlawanan lewat inspeksi dan rapat terbatas di Natuna via kapal perang KRI Imam Bonjol.
Baca:
Geledah Perusahaan TW, Anak Buah Buwas Diperiksa Propam
Cerita Ahok Soal Jokowi dan Lahan 2 Hektare di Kemang
Pengamat: DKI Tak Becus Tangani Banjir, Apa Jawaban Ahok?
Aa Gatot Brajamusti Serba Tiga
Barang Aa Gatot Disita, dari Vibrator hingga Pistol
Kepulauan Natuna sendiri, di satu sisi, memang sering dianggap sebagai wilayah strategis karena merupakan wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Vietnam, dan Kamboja. Kawasan itu juga menjadi jalur utama pelayaran laut dunia, terutama bagi kapal-kapal yang hendak menuju Hong Kong, Jepang, dan Korea.
Retno melanjutkan, Indonesia siap mempertahankan pandangannya soal perairan Natuna dalam G-20 nanti apabila disinggung. Ia bahkan mengatakan posisi Indonesia di Natuna sejelas kristal, sehingga sulit dibantah pihak Cina, yang kerap menyebut Natuna sebagai traditional fishing zone mereka.
"Itu istilah mereka saja (soal traditional fishing zone). Sangat jelas kok, tidak ada overlapping dalam hal hak ataupun kepentingan maritim," ujarnya.
Terlepas dari posisi Indonesia yang akan terus mempertahankan Natuna, Retno menyampaikan bahwa pemerintah juga akan tetap berupaya menjaga hubungan baik dengan Cina. "Cina adalah partner Indonesia yang sangat signifikan dan kami ingin meningkatkan hubungan itu. Tapi, untuk sesuatu yang prinsipiil, mereka tahu posisi kami seperti apa," ucapnya.
Isu Laut Cina Selatan diperkirakan akan muncul saat Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Cina Xi Jinping pada 2 September mendatang. Presiden Joko Widodo menjadi presiden pertama yang diterima Presiden Jinping untuk sesi bilateral menjelang KTT G-20.
ISTMAN MP