TEMPO.CO, Bondowoso - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan konsumsi narkoba masyarakat Indonesia terus meningkat. Bahkan saat ini nilainya sudah mencapai Rp 72 triliun. "Padahal berdasarkan data BNN pada Mei lalu, nilainya baru Rp 63 triliun, sekarang sudah Rp 72 triliun," kata Khofifah dalam deklarasi pemberantasan narkoba di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Desa Tangsil Wetan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu, 27 Agustus 2016.
Deklarasi di pondok pesantren asuhan KH Salwa Arifin itu juga melibatkan Badan Ansor Anti-Narkoba dan ribuan santri di Bondowoso. "Uang Rp 72 triliun kalau buat bangun madrasah bagus apa tidak," katanya yang dijawab, "Bagus," oleh para santri.
Dalam kesempatan itu, Khofifah juga mengungkapkan adanya jenis narkoba yang membuat daging tubuh seorang pengguna akan mengelupas. "Ada sabu-sabu jenis crocodile. Ini kalau dikonsumsi, daging kita akan mrotol (mengelupas sendiri)," katanya. Gejala awal terlihat pada tangan. "Setelah itu baru di kaki sampai lutut. Kalau sudah kena tangan dan kaki, baru ke wajah. Ini sudah ada korbannya di Jakarta dan Jawa Barat."
Khofifah mengingatkan agar para orang tua waspada karena pengedar narkoba mulai menyasar anak usia dini dengan mengemas narkotik dalam bentuk permen. "Awalnya anak-anak itu dikasih cuma-cuma. Setelah ketagihan, mereka akan mengajari anak-anak itu untuk berbuat kriminal. Misalnya disuruh membawa barang-barang orang tuanya untuk ditukar dengan permen tersebut. Anak diajari, kalau ada jam bapaknya atau cincin ibunya, suruh diambil," kata Khofifah.
Khofifah mengingatkan kalangan santri agar waspada karena semua lini saat ini diincar untuk dijadikan pasar narkoba. "Sekarang ada fenomena narkoba disimpan di masjid karena dianggap aman. Atau disimpan di universitas-universitas karena dianggap aman," ujarnya.
ANTARA