TEMPO.CO, Boyolali - Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah melobi otoritas Arab Saudi agar bersedia memberi tambahan kuota petugas kesehatan haji asal Indonesia. “Kita masih kekurangan petugas kesehatan,” kata Saleh di sela meninjau Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, pada Jumat, 26 Agustus 2016.
Jumlah dokter yang ditugaskan mengawal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi hanya 384. Padahal jemaah haji Indonesia terdiri atas sekitar 166.800 orang.
Idealnya satu dokter membawahi sekitar 90 pasien. Kendati demikian, ucap Saleh, minimnya jumlah dokter asal Indonesia yang bertugas di Tanah Suci itu masih bisa ditambal dengan perawat dan petugas medis lain. Jadi jumlah semua petugas kesehatan haji tahun ini sekitar 3.000.
Menurut dia, Kementerian Kesehatan sebenarnya bersedia menambah jumlah petugas kesehatan. Namun terkendala izin pemerintah Arab Saudi.
Sebagai gantinya, pemerintah Arab Saudi membuka akses fasilitas pelayanan kesehatannya untuk seluruh jemaah haji yang membutuhkan perawatan. “Semestinya pemerintah segera melakukan lobi-lobi atau diplomasi ke sana (Arab Saudi),” ujar Saleh.
Selain kekurangan jumlah petugas kesehatan, tutur Saleh, ketersediaan obat-obatan bagi anggota jemaah haji asal Indonesia yang berisiko tinggi masih perlu ditambah. Sebab, akibat banyaknya anggota jemaah haji yang membutuhkan obat, klinik satelit atau klinik di pemondokan haji sering kehabisan stok.
Menurut Saleh, ada dua kendala yang melatarbelakangi terbatasnya ketersediaan obat bagi jemaah haji asal Indonesia. Pertama, tidak semua obat dari Indonesia bisa masuk Arab Saudi karena harus melalui pemeriksaan Food and Drug Administration (FDA), semacam BPOM di Indonesia. “Jadi tidak semua obat yang kita butuhkan bisa masuk ke sana.” Kendala kedua adalah sulitnya mendistribusikan obat-obatan dari gudang obat Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) ke klinik-klinik satelit lantaran padatnya jemaah haji.
Menurut Koordinator Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo Arqu Aminuzzab, dokter Arab Saudi kerap mengeluhkan longgarnya syarat kesehatan bagi jemaah haji asal Indonesia. “Mereka bilang, dokter Indonesia itu pintar-pintar, tapi tidak demikian saat menghadapi jemaah haji,” kata Arqu.
Karena banyak yang status kesehatannya berisiko tinggi, jemaah haji asal Indonesia selama ini mendominasi fasilitas kesehatan di Arab Saudi. Di negara lain, seleksi kesehatan lebih ketat. “Kita saja yang mayoritas penduduknya muslim, jadi ada toleransi yang agak besar,” ujar Arqu.
DINDA LEO LISTY