TEMPO.CO, Makassar - Salah seorang warga Kelurahan Pompanua, Kecamatan Ajangale, Kabupaten Bone, Muhammad Tahir, 26 tahun, mengakui ayahnya ikut dalam rombongan warga negara Indonesia yang berangkat haji melalui Filipina. Ayahnya bernama Nurdin bin Palla, 50 tahun. "Dia berangkat menggunakan travel yang ada di daerah," kata Tahir kepada Tempo, Selasa, 23 Agustus 2016.
Tahir mengatakan orang tuanya bersama 17 orang lainnya dari Kabupaten Bone, berangkat melalui jasa travel PT Aulad Amin. Pada 16 Agustus lalu, rombongan ini berkumpul di gedung Islamic Centre Kabupaten Wajo. "Mereka berkumpul di sana lalu berangkat ke Makassar," ujar Tahir.
Di Makassar, rombongan ini sempat menginap. Mereka baru berangkat pada Rabu, 17 Agustus 2016, dengan tujuan Jakarta. Tahir mengatakan ayahnya masih sempat mengabarkan akan segera take off. "Ayah pakai paspor Indonesia. Cuma kami tidak teliti tujuan ke mana," kata Tahir.
BACA: 177 Jemaah Haji Indonesia Ditahan di Filipina, Ini Kata Kemlu
Menurut Tahir, ayahnya beserta rombongan tidak mengetahui bahwa pihak PT Aulad akan membawa jemaah itu ke Filipina. Sepengetahuannya, kata dia, jemaah akan langsung ke Arab Saudi. "Hari Sabtu lalu baru saya tahu rombongan orang tua ditahan di sana," katanya.
Hingga saat ini, Tahir belum dapat berkomunikasi dengan ayahnya. Dia berharap ada kabar yang menggembirakan tentang nasib orang tuanya. "Apalagi mereka ini mau melaksanakan hal yang baik," ujarnya.
Tahir berharap rombongan ayahnya bisa melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci. "Kalaupun tidak bisa, segeralah mereka dipulangkan ke Tanah Air," harap Tahir.
Tahir mengatakan orang tuanya mendaftar melalui travel itu karena tahun-tahun sebelumnya telah berhasil memberangkatkan puluhan warga ke Tanah Suci. Dia mengatakan travel tersebut memang dikenal kerap membawa jemaah melalui negara lain. "Orang tua saya membayar Rp 135 juta," ujar Tahir.
BACA JUGA: Pemerintah Didesak Usut Haji Ilegal Lewat Filipina
Tahir menceritakan bahwa keluarga besarnya mendorong orang tuanya menggunakan travel itu karena selama ini berhasil memberangkatkan warga naik haji. Dia mengaku tidak mengetahui bila aktivitas itu ternyata melanggar. "Namanya orang kampung punya niat baik dan apa pun dilalui agar bisa berangkat haji," ucapnya.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu mengatakan orang tuanya tidak pernah mendaftar haji melalui Kementerian Agama Kabupaten Bone. Alasannya, daftar tunggu yang begitu banyak sehingga peluang untuk naik haji kemungkinan tidak dapat dilaksanakan. "Karena lama sekali menunggu kalau melalui kuota haji reguler," katanya.
Dia mengatakan teman-teman ayahnya banyak yang telah berhaji menggunakan fasilitas travel tersebut. Itulah yang mendorong ayahnya untuk turut menggunakan perusahaan tersebut. "Siapa yang tidak tergiur bila ada jalan mudah. Mendaftar, bayar dan langsung berangkat," tutur Tahir.
Ayah Tahir adalah pengusaha hasil bumi. Menurut dia, sudah lama ayahnya berencana untuk ke Tanah Suci tapi harus menunggu lama bila melalui pendaftaran reguler.
ABDUL RAHMAN