TEMPO.CO, Mataram - Selama ini tidak sedikit warga Nusa Tenggara Barat yang mendaftar ibadah haji melalui daerah tetangga, Nusa Tenggara Timur atau Bali, yang jumlah calon jemaah hajinya tidak banyak. Bahkan sebagian melalui negara lain, seperti Yaman atau Australia, karena sedang kuliah di negeri jiran tersebut.
Menurut Kepala Bidang Urusan Haji Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB Maad Umar, pendaftaran di negara lain atau provinsi lain tidak sebanyak di daerah sendiri, NTB, yang saat ini harus menunggu giliran hingga 23 tahun. “Kalau di NTT, banyak dilakukan oleh warga asal Kabupaten Dompu dan Bima,” kata Maad kepada Tempo, Ahad, 21 Agustus 2016.
Sejak penggunaan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pendaftaran haji semakin ketat. Dengan demikian, diduga sebagian warga Pulau Sumbawa tersebut memilih melalui jalur non-kelompok terbang (kloter) untuk bisa diberangkatkan tanpa melalui daftar tunggu.
Hingga hari ini, calon haji di NTB lebih dari 103 ribu orang atau harus menunggu keberangkatan selama 23 tahun. Sedangkan untuk Nusa Tenggara Timur, waktu tunggunya hanya 4-5 tahun.
Namun, untuk kasus 177 warga Indonesia yang ditemukan hendak berangkat menggunakan paspor Filipina, Maad belum menerima informasi asal daerah dan jumlahnya.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Lalu Muhammad Iqbal Ma’ruf sewaktu dikonfirmasi Tempo dari Mataram, Senin pagi, 22 Agustus 2016, belum memperoleh data warga Sumbawa, NTB, yang melalui Filipina. “Saya belum cek person-nya. Nanti saya tanya tim yang di Manila,” ujarnya melalui WhatsApp.
Jumlah jemaah haji asal NTB yang akan diberangkatkan mulai Selasa, 23 Agustus, semula sebanyak 3.596 orang. Namun kemudian ada sembilan orang yang meninggal dan tujuh orang membatalkan keberangkatan. Dua orang karena alasan sakit dan lima orang lainnya diduga karena istri mereka belum bisa berangkat. “Ada yang batal itu karena ternyata istrinya belum lolos kuota,” tutur Maad.
Jumlah calon haji NTB yang berasal dari sepuluh kabupaten/kota akan diberangkatkan dalam sepuluh kelompok terbang utuh, sementara satu kelompok terbang terakhir merupakan gabungan dengan jemaah asal Sulawesi Selatan.
Setiap kloter terdiri atas 355 orang calon jemaah haji didampingi lima petugas. “Semestinya 4.494 orang, tapi sudah empat tahun ini kuotanya dipotong 20 persen,” ucap Maad.
Sejak 21 September 2012, calon haji asal NTB diterbangkan langsung dari Lombok International Airport tanpa transit di Surabaya sebagai embarkasi antara yang dilakukan sepuluh tahun sebelumnya. Menggunakan pesawat Airbus 330 Garuda, keberangkatan dari Lombok menuju Jeddah singgah di Padang untuk pengisian bahan bakar. Sedangkan kepulangan menggunakan penerbangan langsung.
SUPRIYANTHO KHAFID