TEMPO.CO, Surabaya - PT Kereta Api Indonesia memiliki kereta khusus untuk melayani pengobatan, yang dinamakan Rail Clinic. Tak seperti kereta pada umumnya yang rangkaiannya berjumlah lima gerbong, kereta api itu hanya terdiri atas dua gerbong.
"Kereta api ini bukan kereta api penumpang tapi kereta api kesehatan atau Rail Clinic," kata Humas Daerah Operasi VIII Surabaya Gatut Sutiyatmoko kepada Tempo, Sabtu, 20 Agustus 2016.
Kereta kesehatan senilai Rp 1,5 miliar tersebut berangkat dari Stasiun Pasar Turi menuju Stasiun Cerme, Gresik, pada pukul 06.00 WIB. Lima orang dokter dari bagian kesehatan kantor pusat PT KAI menumpang di dalamnya akan melakukan bakti sosial pengobatan gratis untuk dua desa, yaitu Desa Caguk Agung dan Desa Cerme Lor. "Nanti memeriksa 400 masyarakat," kata Gatut.
Dalam gerbong kereta tersebut, yang terlihat bukan jejeran tempat duduk penumpang. Namun, peralatan medis seperti alat rekam jantung, infus, alat kejut jantung, dan tempat tidur ala rumah sakit. Gatut menjelaskan, gerbong pertama digunakan untuk semua tindakan medis mulai dari pelayanan darurat meliputi bantuan hidup dasar atau CPR hingga proses pembedahan.
"Gerbong kedua dilengkapi ruang pemeriksaan ibu hamil dan bersalin serta ruang farmasi," kata Gatut.
Lantaran bukan kereta penumpang, selama perjalanan dari Stasiun Pasar Turi, Surabaya, menuju Stasiun Cerme di Gresik, Tempo duduk di kursi periksa pasien di poli umum. Di dalam kereta tersebut memang ada beberapa ruang periksa yang terbagi dalam beberapa ruangan, yaitu poli kandungan, poli umum, poli gigi, laboratorium, dan apotek.
Perjalanan berlangsung selama satu jam. Rombongan dokter dan pegawai PT KAI sampai di Stasiun Cerme pukul 07.00. Begitu tiba, mereka langsung menyiapkan semua keperluan bakti sosial. Beberapa dokter bergegas menyiapkan tempat periksa gigi dan menata jarum serta alat rekam jantung.
Setelah seluruhnya rampung, beberapa warga Desa Caguk Agung dan Desa Cerme Lor dipanggil satu per satu untuk diperiksa di dalam kereta.
"Saya sakit lambung dan tekanan darah saya rendah dok," kata seorang warga Desa Caguk, Agung Sukamto, 60 tahun, kepada dokter yang memeriksanya. Mendengar keluhan Sukamto, dokter memeriksanya kemudian memberi obat.
"Alhamdulillah saya sudah diperiksa gratis, obatnya gratis, terima kasih," katanya sambil tersenyum.
Saikin, 52 tahun, warga lainnya mengaku mendapat beberapa obat untuk menyembuhkan penyakit demam dan tekanan darah tingginya. "Alhamdulillah gratis, saya bersyukur ada pengobatan gratis biasanya bayar," katanya.
EDWIN FAJERIAL