TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkata komunikasinya dengan pemerintah Filipina terkait dengan upaya pembebasan sandera sepuluh warga negara Indonesia, terus dilakukan tanpa jeda. Namun, dia meminta masyarakat memahami banyaknya perubahan di lapangan, terutama karena dinamika situasi di Filipina Selatan, tempat para WNI ditawan.
"Banyak perubahan di lapangan yang membuat situasi lebih sulit," ujar Retno seusai acara Fun Walk bersama keluarga besar Kemlu RI di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Ahad, 14 Agustus 2016.
Retno mengaku baru saja berkomunikasi dengan Menlu Filipina Perfecto Rivas Yasay, Sabtu kemarin. "Saya sampaikan kita mengerti situasi di lapangan, yang lebih dinamis dari biasanya."
Pada Yasay, Retno juga menyampaikan pentingnya menjamin keselamatan para WNI yang disandera kelompok sempalan Abu Sayyaf sejak Juni lalu.
"Menlu Filipina sudah mengatakan bahwa harapan Indonesia akan sampai pada setiap pihak terkait, di pemerintahan Fillipina," katanya.
Retno tak menampik bahwa upaya penyelamatan butuh waktu. Pada kasus penyanderaan WNI yang terjadi pada Maret 2016 pun, butuh hitungan bulan untuk negosiasi hingga para tawanan bisa bebas. "Saya terus pantau situasi di lapangan, dan saya terus mendapat informasi."
Situasi dinamis di Filipina, salah satunya disebabkan berbagai operasi militer yang dilancarkan Presiden Rodrigo Duterte. 'Bersih-bersih' pun dilakukan aparat Filipina di sejumlah tempat yang rawan akan aksi kriminal, seperti perompakan dan peredaran narkoba.
Dalam salah satu operasi yang terkait langsung dengan penyelamatan WNI, Filipina bekerja sama dengan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Bentrok yang sempat terjadi di perairan Sulu, menewaskan empat militan Abu Sayyaf.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membenarkan informasi bahwa salah satu yang tewas dari kelompok Abu Sayyaf adalah Jennor Lahab alias Jim “Dragon”, yang pernah terlibat dalam penculikan WNI. “Informasi terakhir, iya itu Dragon yang dulu juga sempat mengeksekusi warga Kanada. Dia dan tiga lagi sudah tertembak mati," kata Gatot pada Tempo, di kantornya, Kamis lalu.
Gatot mengatakan pihaknya mendukung upaya pembebasan sandera lewat suplai informasi intelijen. “Jadi, saya siapkan semuanya, operasi intelijen. Bantu intelijen Filipina adakan pembersihan (kelompok radikal).”
Indonesia tengah menghadapi sejumlah kasus penyanderaan. Selain penyanderaan tujuh WNI awak kapal Charles 001 dari Samarinda yang terjadi pada 21 Juni, ada pula tiga WNI awak kapal ikan berbendera Malaysia yang diculik pada 8 Juli. Secara resmi, terdapat sepuluh WNI yang diumumkan sebagai sandera saat ini.
YOHANES PASKALIS