TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sedang “berperang” dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ihwal pembangunan trotoar. Risma tampaknya tersinggung dengan pernyataan Ahok yang menilai pembangunan trotoar di Kota Pahlawan itu tampak lebih baik karena dibangun dalam waktu lama. Luas wilayahnya pun tidak sebesar DKI Jakarta.
“Surabaya itu luasnya 374,8 kilometer persegi dan Jakarta 661,5 kilometer persegi. Aku dipanggil wali kota dan beliaunya gubernur yang membawahi lima wali kota dan satu bupati,” kata Risma di ruang kerjanya pada Kamis malam, 11 Agustus 2016.
Selain itu, ia menyebut, APBD Kota Surabaya besarannya Rp 7,9 triliun, sedangkan DKI Jakarta Rp 64 triliun. Selanjutnya, penduduk Kota Surabaya tercatat 2,9 juta, sedangkan Jakarta 10 juta. Karena itu, apabila uang Kota Surabaya terbilang banyak, berarti pemerintah setempat berhasil mengelolanya dengan efisien dan efektif. Sebab, kalau tidak dikelola dengan efektif, bisa saja mereka tidak punya uang.
“Jadi ini bukan soal bagus atau tidak, tapi saya harus ngomong, sebenarnya Jakarta Selatan kalau dibagi enam luasnya berapa? Aku wali kota, aku sendiri,” kata Risma dengan muka marah.
Menurut Risma, pembangunan Kota Surabaya tidak sebatas trotoar. Ada pembangunan yang biayanya lebih malah, yaitu box culvert. “Kalau hanya melapisi atasannya tok, itu murah dan cepat sekali, dan itu kami lakukan di depan Grand City karena belum ada, tidak sampai satu minggu selesai,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Risma menjelaskan, ada fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis yang memiliki dua kantong—kantong BPJS dan kantong yang bisa digunakan sewaktu-waktu jika ada orang yang tidak punya BPJS. Bahkan, ada mobil jenazah dan ambulans yang stand by 24 jam.
Risma juga memamerkan pemerintahannya memberikan makan dan perawatan kepada lansia, anak yatim, anak berkebutuhan khusus serta orang gila setiap hari. “Dan itu tidak murah,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Risma, ia tidak ingin memamerkan itu semuanya. Namun, karena Ahok memulainya, dia terpaksa menjelaskan. Sebab, hal itu sudah menyangkut harga diri warga Kota Surabaya. Dia juga tidak ingin dibilang Surabaya besar dan tidak bisa disamakan dengan Jakarta Selatan, seperti pernyataan Ahok sebelumnya. “Aku harus ngomong, daripada warga Surabaya marah,” tuturnya.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini menambahkan, pekerjaannya membangun kota tersebut tidak untuk dipamerkan. Tujuan utamanya untuk kesejahteraan rakyat. Pembangunan dilakukan bersama-sama dengan warga. Surabaya tidak bisa menjadi kota yang bagus kalau warganya tidak turut menjaganya. “Sekali lagi ini bukan soal calon pencalonan Gubernur, tapi ini sudah menyangkut harga diri warga Kota Surabaya. Makanya saya harus menyampaikan,” tutur Risma.
MOHAMMAD SYARRAFAH