TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebenarnya sudah melaksanakan sistem full day school untuk siswa SMA dan SMK atau setingkatnya. Dulu, siswa SMA berangkat sekolah pukul 07.00 WIB dan pulang sekita pukul 13.00 WIB. Tapi sejak 2015, siswa SMA di Jawa Tengah berada di sekolahnya diperpanjang baru bisa pulang pada pukul 15.15 WIB. Hari sekolah yang tadinya enam hari (Senin-Sabtu), kini berubah menjadi lima hari sekolah (Senin-Jum’at).
Salah satu orang tua siswa, Muhjiddin menyatakan kasihan saat melihat anaknya sekolah dari pagi hingga sore hari. “Baru bisa pulang sampai rumah jam empat sore. Hanya istirahat sebentar trus sudah waktu salat magrib. Terus mengaji. Jadinya sangat capek,” kata Muhjiddin kepada Tempo di Semarang, Rabu 10 Agustus 2016.
Ia mengakui pada hari Sabtu dan Ahad, anaknya libur sekolah. Namun, libur sekolah itu tak berarti berhenti beraktivitas. Sebab, anaknya Muhjiddin ikut les di lembaga belajar dan mengerjakan tugas-tugas tambahan dari sekolah. “Jika sudah longgar baru bisa bermain dengan teman-temannya,” kata Muhjiddin.
Sekolah lima hari ini berdasar surat edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 420/006752/2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan pada Satuan Pendidikan di Jawa Tengah. Dalam prakteknya, ada SMA dan SMK yang menerapkan tapi ada pula yang tidak.
Surat edaran Gubernur tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas interaksi peserta didik di lingkungan keluarga. Juga sebagai upaya peningkatan kapasitas manajemen pada satuan pendidikan. Hal tersebut juga sesuai pasal 8 Surat Keputusan (SK) Kemendiknas Nomor 125/U/2002. Dalam SK itu dinyatakan bahwa sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan 5 atau 6 hari belajar per minggu yang setara dengan 200 sampai 245 hari efektif per tahun, sepanjang tidak mengurangi jumlah jam mengajar yang telah ditetapkan.
Muhjiddin berharap agar pemerintah provinsi Jawa Tengah mau mengembalikan sekolah enam hari. Tujuannya agar waktu istirahat siswa setiap harinya bisa lebih longgar. Selain itu, anak juga perlu sosialisasi dengan lingkungan di luar sekolah.
Ketua Forum Guru Swasta Jawa Tengah Muhammad Zen menyatakan banyak sekolah di Jawa Tengah yang belum memiliki sarana dan prasarana untuk melaksanakan sistem belajar siswa dari pagi sampai sore hari. “Misalnya tempat ibadah dan air untuk wudlu sangat terbatas. Kantin yang ada juga kapasitasnya terbatas,” kata anggota Komisi Pendidikan DPRD Jawa Tengah ini.
Selain itu, sekolah pagi sampai sore juga mengakibatkan anak baru pulang sampai rumah hingga malam hari. Masalahnya, beberapa wilayah Jawa Tengah sangat terbatas angkutannya.
Dari sisi sistem pembelajaran, anak yang menerima pelajaran setelah pukul 13.00 juga sudah lelah. Sedangkan di hari Sabtu dan Ahad, anak-anak cenderung hanya bermain-main. Adapun aspek minat dan bakat siswa tak bisa terasah maksimal karena seharian sudah capek di sekolah. “Yang lebih mengkhawatirkan, kegiatan keagamaan sore hari tak maksimal karena anak sudah capek,” kata Zen.
Sistem full day school mencuat menjadi polemik setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru akan menerapkan sistem ini untuk siswa SD dan SMP. Tapi, rencana ini kabarnya akan dibatalkan karena banyak yang menolak.
ROFIUDDIN