TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akhirnya memilih jalur partai politik untuk maju dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI 2017. Padahal sebelumnya Ahok mengatakan akan melaju lewat jalur independen dengan dukungan relawan Teman Ahok, dengan syarat pengumpulan satu juta kartu tanda penduduk (KTP) tercapai.
Di tengah jalan, tiga partai, yakni NasDem, Hanura, dan Golkar, merapat untuk mendukung Ahok. Gubernur DKI itu akhirnya memilih jalur partai. Berbagai pihak menuding Ahok tak konsisten dengan jalur yang dipilihnya. Beberapa bahkan menganggap Ahok mengkhianati pendukungnya yang ingin ia maju lewat jalur independen.
Baca: Kenapa Ahok Akhirnya Pilih Jalur Partai di Pilkada DKI?
Menanggapi itu, Ahok berkelit. Menurut Ahok, selama menjadi pejabat, dia konsisten bekerja secara transparan dan meminta pejabat lain untuk pembuktian harta terbalik. Tapi dia membantah bila disebut tidak konsisten terkait dengan pilihan kendaraan politiknya. "Saya konsisten cara berpolitik yang elegan, yang jujur dan terbuka. Itu yang saya lakukan," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2016.
Nama Ahok hingga kini masih moncer dalam beberapa survei tentang pemilihan Gubernur DKI. Terakhir, Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia merilis survei opinion leader untuk kandidat yang akan maju dalam pemilihan Gubernur DKI pada 2017. Dalam survei itu, Ahok menjadi tokoh yang paling direkomendasikan untuk maju menjadi DKI-1. Sebanyak 79,74 persen memilih Ahok untuk kembali dicalonkan.
FRISKI RIANA