TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia mengajak Yordania bekerja sama di bidang pemberantasan terorisme dan ekstremisme melalui penyebaran nilai toleransi dan pertukaran informasi intelijen. Ajakan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri Kerajaan Yordania Bidang Ekonomi Jawad Al Anani, yang juga menjabat Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Suplai di sela rangkaian acara 12th World Islamic Economic Forum (WIEF), Selasa, 2 Agustus 2016.
Al Anani menghadiri WIEF mewakili Raja Abdullah II bin Al Hussein. Presiden RI dan Raja Abdullah II terakhir kali bertemu pada 22 April 2015 di sela Pertemuan Tingkat Tinggi Peringatan ke-60 KAA di Jakarta. Saat itu, kedua negara menyepakati peningkatan hubungan perdagangan dan kerja sama melawan terorisme dan radikalisme.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden RI menyampaikan apresiasi atas dukungan Yordania bagi pelantikan Konsul Kehormatan RI di Ramallah, 12 Maret 2016. Jokowi juga menyatakan keinginannya untuk mempererat kerja sama ekonomi, khususnya di bidang industri strategis. Presiden RI juga meminta perhatian Yordania soal rencana penunjukan Konsul Kehormatan di Aqaba.
Menurut rilis Kementerian Luar Negeri RI, hubungan diplomatik Indonesia dan Yordania dimulai pada 1950. "Indonesia dan Yordania mempunyai forum mekanisme bilateral dalam bentuk Sidang Komisi Bersama (SKB) dan Forum Konsultasi Bilateral untuk membahas perkembangan hubungan bilateral dan potensi kerja sama kedua negara," tulis Kemlu RI.
Di bidang pertahanan, kedua negara secara berkala saling serta dalam latihan militer bersama, di antaranya dalam latihan militer Eager Lion 2013 dan 2014 serta Warrior Competition 2014. Selain itu, kedua negara saling mengikuti pameran industri strategis dan pelatihan pendidikan militer.
Total nilai perdagangan kedua negara pada 2015 mencapai US$ 256,02 juta, turun dari 2014 yang mencapai US$ 305,19 juta. Ekspor Indonesia ke Yordania di antaranya berupa kayu dan produk olahannya (plywood, wood products, paper, dan pulp), textile dan garment, glassware, glass product, ikan tuna, food and beverage, tyres, minyak sawit, mebel, kopi, dan teh. Adapun impor Indonesia dari Yordania adalah potas, fosfat, garam, dan produk-produk dari Laut Mati.
Yordania menempati urutan ke-56 investor di Indonesia. Sebagian besar investasi Yordania di bidang kimia dan pertambangan. Nilainya pada 2015 mencapai US$ 0,23 Juta dalam lima proyek, 2014 US$ 3,1 juta dalam tiga proyek, dan 2013 US$ 211,9 juta dalam enam proyek. Pada 2016, jumlah warga negara Indonesia (WNI) di Yordania 12.614 orang.
NATALIA SANTI