TEMPO.CO, Jakarta - Tim Subdirektorat Sumber Daya Lingkungan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya mengungkap sindikat penyelundupan tekstil dan pakaian bekas. Barang itu ditimbun di gudang jalan Kanal Banjir Timur, Kelurahan Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, pada Jumat, 29 Juli 2016.
Sebanyak 2.216 karung baju bekas asal Jepang dan Korea Selatan diselundupkan lewat jalur pantai timur Sumatera hingga akhirnya sampai di tempat penimbunan di Jakarta.
"Dari hasil pemeriksaan, barang-barang ini dikumpulkan di Malaysia. Dari sana kemudian masuk ke daerah di Provinsi Riau lewat pelabuhan tikus," ujar Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Fadil Imran di gudang penimbunan, Senin, 1 Agustus 2016.
Menurut Fadil, barang ini disalurkan dari Jepang dan Korea lewat jalur laut. Barang tersebut kemudian dipindahkan ke kapal lain yang lebih kecil di wilayah perairan Malaysia. Kapal-kapal kecil ini kemudian bergerilya masuk ke pelabuhan-pelabuhan tikus di daerah Tembilahan, Provinsi Riau.
Dari sana, penyaluran berpindah lewat jalur darat dengan menggunakan truk. Truk-truk itu kemudian mengambil jalur pantai timur Sumatera menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Di sana mereka menyeberang ke Pulau Jawa di Pelabuhan Merak. Barulah kemudian ditimbun di gudang di Cakung.
"Barang-barang itu disalurkan untuk dijual di daerah Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung," tuturnya.
Abdul Karim, Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Dirjen Bea-Cukai Kantor Wilayah Riau dan Sumatera Barat, mengatakan kapal-kapal ini bisa masuk ke Indonesia dengan mudah. Pasalnya, di Tembilahan saja, jumlah pelabuhan tikus mencapai 100 lebih. "Pengawasannya perlu ekstra dengan jumlah sumber daya manusia yang ada," katanya.
Ia yakin jumlah pelabuhan tikus lain di sepanjang jalur pantai timur Sumatera pun sama banyaknya. Saat ini, langkah yang dilakukan tim dari Ditjen Bea-Cukai baru sebatas operasi patroli yang tak bisa mencakup semua wilayah.
Polisi menahan 12 tersangka, termasuk otak penyelundupan berinisial HS. Selain HS, mandor gudang dan asistennya serta enam sopir truk ditahan. Polisi juga menahan seorang buruh angkut dan seorang pedagang di Pasar Senen. Menurut Fadil, HS selama ini beroperasi dengan bantuan dua rekannya, PR dan UD, yang saat ini masih dalam pengejaran.
Lebih lanjut, Fadil mengatakan, dari tiap bal, HS bisa meraih omzet Rp 2-3 juta. HS, kata dia, mampu menjual hingga 300 bal dalam sebulan. Pelaku mampu meraup untung hingga Rp 1 miliar dalam sebulan. Aktivitas ini sudah dijalankan selama tiga tahun.
EGI ADYATAMA