TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengatakan tantangan besar bagi sistem pendidikan Indonesia adalah menyusun rumusan sistem yang mampu menciptakan proses belajar-mengajar yang asyik, menyenangkan, dan berkualitas. Menurut dia, untuk mengubah sistem itu bukan hanya sekadar mengganti kurikulum.
Fahira menilai kualitas tenaga kependidikan juga penting dibenahi. “Melatih kompetensi guru agar mampu membuat proses belajar-mengajar menjadi asyik dan menyenangkan,” ucapnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 30 Juli 2016.
Tantangan lain adalah infrastruktur pendidikan di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal. Ia meminta pemerintah pusat turut terlibat dalam pembangunan sarana-prasarana pendidikan di wilayah itu. Meski sudah ada otonomi daerah, keterlibatan pemerintah pusat akan mempercepat pembangunan di wilayah yang terbatas sumber daya.
Menurut Fahira, slogan membangun Indonesia dari pinggiran harus diartikan bukan hanya membangun infrastruktur. Namun sumber daya manusia pun perlu dibangun. Cara yang bisa dilakukan adalah menyediakan tenaga pengajar berkualitas di daerah.
Tantangan selanjutnya adalah melanjutkan program pelaksanaan ujian nasional, sistem penerimaan siswa baru, serta pengenalan sekolah bagi siswa baru yang sudah menghapus segala bentuk perpeloncoan. Ia berharap menteri yang baru bisa mengoptimalkan kebijakan tersebut.
Fahira menuturkan harapan lain terhadap Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy adalah meningkatkan kapasitas guru dan fasilitas pada pendidikan anak usia dini. Sebab, di jenjang itu, ada masa pembentukan anak menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan jujur serta memiliki kepekaan sosial dan rasa keingintahuan tinggi, yaitu saat anak berusia 0-6 tahun. Pemerintah diharapkan memberikan perhatikan lebih untuk pendidikan anak usia dini.
DANANG FIRMANTO