TEMPO.CO, Surabaya - Jenazah terhukum mati Freddy Budiman dibawa dengan keranda dari rumahnya di Krembangan menuju Tempat Pemakaman Umum Kalianak, Jalan Sedayu, Demak, Surabaya, Jumat, 29 Juli 2016. Keluarga yang mengantarkan Freddy ke tempat peristirahatan terakhirnya berjalan kaki menuju pemakaman. Rombongan tiba di TPU sekitar pukul 15.00. "Jaraknya sekitar 1 kilometer," kata Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak Komisaris Harna di lokasi pemakaman, Jumat, 29 Juli 2016.
Pemakaman Freddy menyedot perhatian puluhan warga sekitar, sekalipun jasad masih bersemayam di rumah duka. Sekitar 90 polisi terlihat berjaga-jaga di sekitar TPU. Harna menjelaskan, personel hanya bertugas mengamankan agar proses pemakaman berjalan lancar. "Tak ada yang istimewa dengan penjagaan ini. Freddy kan bukan teroris, tak ada yang akan datang balas dendam," tuturnya.
Menurut dia, keluarga juga sudah menerima. Dia yakin pemakaman akan berjalan lancar. Harna mengatakan tidak ada pengalihan arus lalu lintas di sekitar TPU. "Cuma pengaturan saja," ucapnya.
Pagi harinya, tim dari kejaksaan sempat datang meninjau liang lahat yang dipersiapkan untuk Freddy. Lalu mereka menuju ke rumah duka. Adapun Freddy dikuburkan satu liang dengan kerabatnya yang juga muslim. Tak jauh dari situ, berjarak dua nisan, terdapat makam kakeknya. Batu nisan untuk Freddy juga sudah dipersiapkan.
Freddy Budiman menjadi terhukum mati pertama yang dieksekusi. Eksekusi dilaksanakan pada Jumat dinihari pukul 00.45 di Lapangan Tembak Tunggal Panaluan, Nusakambangan, Jawa Tengah, Jumat dinihari, 29 Juli 2016.
Freddy divonis mati atas kepemilikan 1,4 juta pil ekstasi dan pabrik ekstasi di penjara. Menurut Rachmad, Freddy masih mengendalikan peredaran narkoba selama di penjara. Permohonan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Freddy ditolak Mahkamah Agung. Freddy baru mengajukan grasi pada Kamis sore.
Pengacaranya, Untung Sunaryo, mengatakan grasi Freddy dikirim melalui Sekretariat Negara. Namun, menurut dia, Freddy sudah menghadapi eksekusi. Pemakaman di Surabaya merupakan permintaan Freddy, karena gembong narkoba kelas kakap itu asli Surabaya.
NIEKE INDRIETTA | MOHAMMAD SYARRAFAH
Video Terkait: