TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan reshuffle atau perombakan kabinet untuk kedua kalinya yang dilakukan hari ini dilatari pertimbangan yang matang. Dia mengatakan perombakan kabinet ini untuk merespons tantangan yang terus berubah.
"Dan tantangan yang terus berubah membutuhkan tindakan yang cepat pula," ujar Presiden saat mengumumkan perombakan kabinet di kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 27 Juli 2016.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi, ucap Jokowi, adalah kesenjangan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin. Menurut Presiden, kesenjangan itu masih terasa di berbagai wilayah dan harus ditangani sesegera mungkin.
Baca: Ini Susunan Menteri Baru Hasil Reshuffle
Sebagai acuan, Lembaga Survei Indonesia pada 2014 pernah menyampaikan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi di Indonesia mencapai 49 persen. Bahkan Bank Dunia juga pernah menyatakan 50 persen pendapatan negara masih dinikmati yang kaya dibanding merata antara yang kaya dan miskin.
"Harus buka lapangan kerja seluasnya untuk mengurangi pengangguran," ujar Presiden. Dia menambahkan, tantangan lain adalah merespons melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Ini harus dijawab dengan penguatan ekonomi nasional.
Menurut Jokowi, tantangan itu tidak akan bisa direspons dengan cepat dengan susunan kabinet sebelumnya. Dia mengaku membutuhkan kabinet yang lebih solid, efektif, dan saling mendukung dalam bekerja.
Itulah alasan dilakukan perombakan kabinet. "Tim yang solid, saling mendukung untuk mendapat hasil nyata dengan tempo cepat," katanya.
ISTMAN M.P.