TEMPO.CO, Pekanbaru - Air mata Mak Ijah mengalir ke sudut matanya yang sudah keriput. Sambil terbata-bata, perempuan berusia 80 tahun itu kembali menceritakan pertemuan terakhirnya dengan Jonilita, putranya yang pergi 28 tahun lalu. “Mak rindu sama Noni,” katanya kepada Tempo, Selasa, 26 Juli 2016.
Noni adalah panggilan sayang Mak Ijah kepada Jonilita. Noni adalah putra kedua perempuan bernama asli Khodijah itu. Kala itu, Noni baru 17 tahun. Jika masih hidup, Noni diperkirakan berusia 45 tahun saat ini.
Selama itu pula, pintu rumah Mak Ijah di Desa Bangun Purba Timur Jaya, Pasir Pangarayan, Rokan Hulu, Riau, tetap terbuka buat Noni. “Mak yakin Noni masih hidup,” tuturnya.
Noni merantau pada 1988. Saat itu, ia baru tamat dari STM. Ia merantau ke Jambi menjadi penebang kayu bersama teman-teman sekampungnya. Namun, hampir semua perantau dai desa itu tak bertahan lama. Mereka satu demi satu pulang ke Rokan Hulu beberapa tahun kemudian. Hanya Noni yang tak pernah kembali. Mak Ijah dan keluarganya tak sekali pun menerima kabar dari Noni sejak saat itu.
Padahal, keluarga menaruh harapan besar kepada Noni. Ia anak yang pintar, ramah, dan rajin bekerja. Ia tampak lebih cerdas dibanding teman-temannya saat masih bersekolah di SMP 1 Pasirpangarayan, Rokan Hulu. “Mak selalu berdoa agar Noni pulang,” ucapnya.
Sambil berdagang sayur-sayuran, Mak Ijah tak pernah putus asa mencari Noni. Segala upaya, katanya, sudah dicoba, seperti mendatangi paranormal hingga melakukan pencarian besar pada 1994. “Fotonya di rumah ini sampai habis dibagikan dan dibawa ke dukun," ujar Mak Ijah. Kenang-kenangan yang tersisa tinggal ijazah yang lusuh, tanpa foto.
Lebaran adalah momen paling menyedihkan bagi Mak Ijah. Ia merasa sedih tiap melihat ada anak muda mudik menenteng tas melewati rumahnya. “Mak menangis melihat mereka, seolah-olah itu Noni yang mau pulang,” katanya.
Keluarga Mak Ijah sempat mendapatkan angin segar saat menerima kabar dari tetangga mereka, Elis, 70 tahun. Elis mengaku sempat bertemu dengan pria yang mengaku berasal dari Pasir Pangarayan saat bekerja di Muara Tembesi, Jambi. Dia menduga pria itu adalah Noni. "Ia tinggal di seberang Sungai Batanghari," ujarnya.
Elis mengaku sempat beberapa kali berinteraksi dengan sosok yang diduga Noni itu karena merasa menjadi saudara sekampung di perantauan. Namun Elis terpaksa pindah ke Pekanbaru dan tak lagi berkomunikasi dengan Noni. "Saat terakhir itu, Jonilita (Noni) sudah punya anak dua," tuturnya.
Adik Mak Ijah, Atas Nasution, menegaskan, segala upaya sudah dilakukan keluarga untuk mencari Noni, termasuk lewat media sosial. Mereka bahkan sudah berkunjung ke Jambi dan menyusuri keberadaan Noni. Hasilnya nihil. Atas hanya bisa berharap kakaknya segera bertemu dengan putranya. Sebab, usianya sudah uzur. Ia pun terlihat tak bersemangat. "Saya yakin Mak Ijah akan kembali bersemangat kalau anaknya pulang," kata pria berusia 65 tahun itu kepada Tempo.
Atas yakin, keponakannya masih hidup. Ia bahkan bernazar akan menjemput Noni di mana pun, jika ada informasi tentang keberadannya. Mereka juga sudah menyediakan telepon yang siap dihubungi di nomor 081268323101 atau 085363236491 untuk menampung informasi soal Noni.
Kini satu-satunya hiburan Mak Ijah adalah kehadiran sepuluh cucu dan dukungan dari keluarga. Ia bersama suaminya, yang juga sudah renta, tetap mencoba bertahan, meski hidup pas-pasan. Doa akan terus diucap agar Noni kembali. “Pulanglah, Nak,” katanya kepada Noni, di mana pun dia berada.
RIYAN NOFITRA