TEMPO.CO, Klaten - Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap WN dan ZB beserta dua orang lain, AS, 40 tahun, dan CBS, 33 tahun, di Desa Sorogaten, Kecamatan Tulung, Klaten, Jawa Tengah, pada Sabtu pagi, 23 Juli 2016. Keempat orang itu diduga menyembunyikan pengebom Mapolres Surakarta, Nur Rohman, ketika terduga teroris yang tewas pada awal Juli 2016 lalu ini masih berstatus buron.
Setelah melakukan penangkapan, Densus 88 dan puluhan anggota Kepolisian Resor Klaten langsung menggeledah kandang ayam tempat persembunyian Nur Rohman. "Selain menyita sejumlah pakaian, polisi juga membawa serbuk putih dari kandang. Tapi itu serbuk apa, saya tidak tahu. Saya cuma melihat dari jauh," kata Camat Tulung, Rohmad Sugiarto, yang turut menyaksikan proses penggeledahan itu.
Menurut sejumlah warga Desa Gedong Jetis, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, ketika bersembunyi di sana, Nur Rohman dikenal dengan nama 'Bayu'.
"Selama tinggal di sini, dia (Nur Rohman) mengaku bernama Bayu. Sama sekali tidak mencurigakan. Malah mirip orang gendheng (gila)," kata seorang warga Desa Gedong Jetis yang enggan dituliskan namanya saat ditemui Tempo pada Ahad, 24 Juli 2016.
Lelaki paruh baya itu mengatakan, Bayu alias Nur Rohman itu bekerja di kandang ayam milik WN dan ZB, pasangan suami istri asal Desa Gedong Jetis yang berumah di Desa Sorogaten, Tulung. Selama enam bulan bekerja, Nur Rohman hidup di pos jaga yang berada di dalam areal kandang.
"Penampilannya seperti buruh biasa. Saya terkadang bertemu dia kalau sedang wedangan (minum teh atau kopi di warung)," kata sumber Tempo yang bekerja sebagai petani itu. "Dia baru ngomong kalau ditanya. Jawabannya singkat-singkat, sak penake dewe (semaunya sendiri)," kata sumber yang mengaku sebagai teman WN semasa kecil itu.
Meski tidak jelas asal usulnya, keberadaan Nur Rohman tidak memantik kecurigaan warga Desa Gedong Jetis. Sebab, Nur Rohman sehari-harinya beraktivitas seperti pekerja di kandang ayam pada umumnya.
"Dia sering keluar kandang. Kalau pagi mengantarkan telur, sorenya keluar lagi menagih uang (dari pembeli telur)," kata warga Desa Gedong Jetis yang enggan menyebutkan namanya karena takut berurusan dengan Densus 88 atau jaringan Nur Rohman.
Ingatan warga Desa Gedong Jetis pada sosok Bayu alias Nur Rohman baru muncul kembali setelah foto wajahnya tersebar di media sosial pasca-peristiwa bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta pada sehari sebelum Idul Fitri 2016.
Namun, saat itu warga Desa Gedong Jetis masih belum meyakini jika pelaku bom bunuh diri itu adalah Bayu yang pernah bekerja di kandang ayam milik WN, 40 tahun, dan ZB, 38 tahun. "Dia (Bayu) berhenti bekerja sebelum Ramadan. Entah kemana, tiba-tiba saja tidak pernah kelihatan di kandang," kata Mujiyanto, warga Dukuh Menggung, Desa Gedong Jetis.
Camat Tulung, Rohmad Sugiarto, mengaku akan mengundang seluruh kepala desa di Kecamatan Tulung untuk rapat koordinasi dalam waktu dekat, guna mencegah terulangnya kasus yang berkaitan dengan terorisme di wilayah Tulung.
DINDA LEO LISTY