TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Bambang DH mengatakan partainya tidak mau menggunakan hasil survei sebagai ukuran utama untuk menentukan pasangan calon yang akan diusung dalam pilkada DKI Jakarta pada 2017.
Hal itu dikatakan Bambang untuk menanggapi survei Saiful Mujani Research and Colsunting (SMRC) yang menyebut mayoritas pendukung mengharapkan PDIP mengusung Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. “Silakan saja, wong itu survei, kok," kata Bambang di Rumah Dinas Ketua DPRD Prasetyo Edi Marsudi, Ahad, 24 Juli 2016.
Survei SMRC menyebutkan, mayoritas pendukung PDIP masih mengharapkan Ahok diusung PDIP untuk maju di pilkada DKI 2017. Nama Ahok mengungguli empat nama calon lain yang masuk dalam survei, yakni Tri Rismaharini, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, dan Sjafrie Sjamsoeddin.
Menurut Bambang, selama ini, tak ada hasil survei yang memprediksi kemenangan pasangan calon dengan tepat. Dia mencontohkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2012. Saat itu, kata Bambang, elektabilitas Jokowi-Ahok jauh berada di bawah Fauzi Bowo yang berduet dengan Nachrowi Ramli.
"Pada saat survei, elektabilitasnya (Jokowi-Ahok) jauh di bawah Pak Foke. Tapi kemudian, (Jokowi-Ahok) menang juga," katanya.
Bambang mengakui, survei memang menggunakan instrumen berbasis ilmu pengetahuan yang sudah baik. Namun instrumen tersebut, kata Bambang, bukanlah segalanya. "Karena variabel lain juga harus diperhatikan. Itu terbukti pada 2012 semua lembaga survei enggak ada yang memprediksi Pak Jokowi akan menang," ujarnya.
LARISSA HUDA