TEMPO.CO, Yogyakarta - Komunitas pemain game Pokemon Go “Jogja Pokemon” menyesalkan pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X yang menyatakan permainan itu hanya sekadar tipuan.
“Biasanya komentar awal tentang hal-hal yang booming begitu. Karena tidak mendapatkan informasi yang cukup,” kata Eko Sugiarto Putro dari kelompok Mystic yang menjadi bagian dari Komunitas Pokemon Jogja saat tengah iseng bermain Pokemon Go di Hotel Jayakarta Yogyakarta, Jumat, 23 Juli 2016.
Sebelumnya Sultan dalam pernyataannya di Kepatihan Yogyakarta pada 22 Juli 2016 mengatakan permainan Pokemon Go hanya sekadar bisnis. “Tak akan menemukan Pokemon di tempat lain. Siapa yang bermain, datanya direkam Google, terus didol (dijual). Publik hanya dibohongi,” kata Sultan.
Eko menjelaskan, permainan virtual berbasis GPS (Global Positioning System) itu bukan pertama kalinya ada di Indonesia. Jauh sebelumnya sudah ada game Ingress yang juga berbasis GPS. Saat itu, lanjut Eko, tidak ada yang mempersoalkan. “Biar tahu, masyarakat harus bermain Pokemon Go,” kata Eko yang pernah menjadi pecandu game selama enam tahun.
Dengan bermain Pokemon Go, menurut Eko tak hanya membuat orang mengetahui soal permainan tersebut. Melainkan bisa memicu menjadi produsen game dari Indonesia. “Katanya selama ini (Indonesia) hanya menjadi konsumen saja. Mari sekarang jadi produsen,” kata Eko sembari menambahkan lokasi yang ramai dikunjungi pemain Pokemon Go di Yogyakarta pada sore hari adalah di lingkungan Jalan Sudirman.
Toh Sultan tidak mengikuti arahan surat Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi yang melarang pegawai negeri bermain Pokemon Go di lingkungan kantor pemerintah. “Kalau aku melarang, itu malah membodohi,” kata Sultan tanpa menjelaskan maksud pernyataannya.
PITO AGUSTIN RUDIANA
4 Tersangka