TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat Yusuf Macan Effendi mengatakan DPR pernah beberapa kali menerima komplain dari Ikatan Dokter Indonesia, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, serta Persatuan Rumah Sakit Indonesia terkait dengan kurangnya stok vaksin di lapangan.
"Ya, mereka mengeluh itu. Kebanyakan kekosongan terjadi Januari hingga April," kata Dede Yusuf, sapaan Yusuf Macan, di DPR, Senin, 18 Juli 2016.
Dede mengatakan pihaknya sudah menegur Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan terkait dengan kekosongan stok di lapangan itu. DPR, kata Dede, sudah meminta Direktorat Jenderal untuk menelusuri di bagian mana masalahnya. "Apakah ada masalah pengadaan vaksin dalam hal tender atau distributornya?" ucap Dede.
Ia mengatakan, dalam hal vaksin dasar, seharusnya tidak mungkin ada kekosongan. Alasannya, selama ini tidak pernah ada keterlambatan pembahasan anggaran untuk vaksin dasar. "Untuk tahun 2016, kami sudah menganggarkan sebanyak Rp 1,2 triliun untuk imunisasi," ujar Dede. Anggaran pembelian vaksin dasar untuk 5 juta anak per tahun terdapat dalam anggaran imunisasi itu.
Baca: Dokter Terancam Kasus Vaksin, IDI Minta Perlindungan Negara
Kekosongan stok di lapangan dinilai menjadi salah satu penyebab adanya rumah sakit yang membeli vaksin abal-abal. Hal ini pun diakui Direktur Rumah Sakit Karya Medika II Tambun Dominggus M. Efruan, kepala salah satu rumah sakit yang diduga menggunakan vaksin palsu.
Dominggus mengatakan alasan utama Rumah Sakit Karya Medika Tambun II membeli vaksin dari CV Azka Medical karena stok vaksin dari distributor utama kosong. "Vaksin dari CV itu kami beli hanya saat stok dari distributor utama kami sedang tidak ada," tuturnya pada konferensi pers di RS Karya Medika II Tambun, Jumat, 15 Juli 2016.
Menurut Dominggus, kebutuhan vaksin anak di RS Karya Medika cukup tinggi karena pada awalnya rumah sakit ini merupakan rumah sakit ibu dan anak. Setiap bulan, sekitar 4.000 anak mengunjungi rumah sakit ini. "Ketika stok vaksin tidak ada, masyarakat akan bertanya: 'kenapa rumah sakit sebesar ini vaksin tidak ada?'," katanya.
Baca: Sebaran Vaksin Palsu Diduga sampai 9 Provinsi
Dominggus mengatakan CV Azka Medical mengambil kesempatan dari kondisi kurangnya stok vaksin ini. CV Azka menawarkan harga murah dan pelayanan ketersediaan yang cepat. "Saat kebutuhan tinggi dan ada tawaran mudah dan murah itu, kami rumah sakit sebagai konsumen tentu tergiur," ujarnya. Dominggus mengatakan pihaknya tidak tahu ternyata yang dijual oleh CV Azka adalah vaksin palsu.
MITRA TARIGAN