TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) mengutuk percobaan kudeta oleh militer Turki. Menurut ICMI, insiden tersebut telah mencederai makna demokrasi. "Saya mengajak segenap elemen demokrasi yang beradab di mana saja untuk mengutuk keras percobaan kudeta oleh militer Turki terhadap pemerintah yang sah," kata Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie dalam siaran pers, Sabtu, 16 Juli 2016.
Jimly mengimbau semua pihak mendukung rakyat Turki agar tetap kuat dalam menghadapi ancaman yang datang ke negeri mereka. "Kita doakan rakyat Turki kuat menghadapi segala ancaman dan pada saatnya dapat mengatasi kudeta dengan sebaik-baiknya," ucap Jimly.
Bercermin dari kasus kudeta militer di Turki ini dan beberapa kawasan Timur Tengah lain, Jimly menekankan bahwa demokrasi di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, ia yakin Indonesia telah terbukti sebagai simbol negara demokrasi terbesar ketiga dan bangsa muslim yang demokratis terbesar di dunia.
Selama ini, ujar Jimly, sejarah telah mencatat, hanya peradaban demokrasi di Indonesia yang dapat tumbuh secara baik dalam suasana yang cenderung damai. "Terbukti kan, hanya di dan dari Indonesia peradaban demokrasi dapat tumbuh sehat dan alamiah sebagai sumber inspirasi bagi dunia, khususnya dunia Islam," tutur Jimly.
Percobaan kudeta terjadi terhadap pemerintah Turki yang sah. Pihak yang mengaku sebagai bagian militer Turki sempat menyatakan telah mengambil alih kekuasaan dari Presiden Recep Tayyip Erdogan. Saat itu Erdogan dikabarkan tengah berada di luar negeri dalam sebuah kunjungan kerja. Rakyat bersama militer Turki lain yang tak setuju dengan kudeta menolak aksi tersebut dan melakukan demonstrasi di jalan, sehingga aksi kudeta berhasil digagalkan.
LARISSA HUDA