TEMPO.CO, Jakarta - Para orang tua anak yang pernah diimunisasi di Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta Timur, beramai-ramai mendatangi rumah sakit itu pada Kamis malam, 14 Juli 2016. Hal ini karena Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengumumkan bahwa rumah sakit itu termasuk 14 rumah sakit yang memakai vaksin palsu untuk pasiennya.
"Tiga hari ini kami sampai malam di sana, luar biasa ramainya," kata Hendra di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Ia bersama tujuh orang tua berkonsultasi masalah hukum dengan pengacara publik di YLBHI.
Pertemuan di rumah sakit itu pun melahirkan beberapa kesepakatan. Mereka juga membuat grup WhatsApp demi kelancaran informasi. Namanya grup “Korban Vaksin Harapan Bunda”.
Dewi Utari, 32 tahun, baru bergabung di grup WhatsApp kemarin, Jumat, 15 Juli. "Ini grup ketiga," kata dia. Menurut Dewi, grup pertama dan kedua sudah penuh. Satu grup WhatsApp paling banyak diisi 256 anggota.
Grup yang ketiga ini, kata dia, berisi 92 orang. Dewi menjelaskan, fungsi dari grup ini adalah tempat berbagi data dan informasi terbaru seputar kasus vaksin palsu di RS Harapan Bunda. Mereka juga merundingkan langkah yang seharusnya mereka tempuh.
Ia mengaku berobat di Rumah Sakit Harapan Bunda sejak hamil. "Saya pikir rumah sakit itu paling bagus di daerah situ," ujar Dewi. Ia pun selalu berkonsultasi dengan dokter Indra, yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Badan Reserse Kriminal Polri. "Saya kaget aja, enggak menyangka."
Anaknya 13 kali diimunisasi di rumah sakit tersebut. Meski demikian, ia belum tahu apakah vaksin yang disuntikkan ke tubuh anaknya palsu atau tidak. "Tapi direktur rumah sakit membenarkan bahwa mereka pakai vaksin palsu sejak Maret tahun ini," katanya.
REZKI ALVIONITASARI