TEMPO.CO, Klaten - Keluarga Sersan Dua Septian Wahyu Sarjono, siswa Sekolah Kejuruan Dasar Listrik Elektonika Angkatan ke 42 Skadron Pendidikan 203 Lanud Sulaiman Bandung yang meninggal pada 3 Juni 2016 karena diduga dianiaya, mengungkapkan kejanggalan di balik kematian prajurit TNI AU berumur 25 tahun itu.
“Saat menjenguk Septian di RS DR Salamun Bandung, saya melihat kantong berisi darah di bawah ranjang Septian. Darah itu mengalir dari perut bawah sebelah kiri,” kata ayah Septian, Gono Sarjono, saat menggelar pengajian untuk memperingati 40 hari meninggalnya Septian di rumahnya di Kelurahan Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, pada Selasa malam, 12 Juli 2016.
Tim medis yang merawat Septian, kata Gono, tidak menjawab saat dia menanyakan apa yang menyebabkan anaknya sampai kondisi koma. “Jawabannya hanya meminta saya menerima sebagai musibah,” kata lelaki 53 tahun yang bekerja sebagai PNS di Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo Surakarta itu.
Berpengalaman kerja sekitar sepuluh tahun di Skadron Pendidikan 403 Lanud Adi Soemarmo membuat Gono tidak mau menerima begitu saja jawaban tim medis tersebut. “Kalau sampai koma, berarti ada pemukulan yang luar biasa. Saya menduga juga ada tendangan. Saya tahu betul cara mendidik dan mengasuh siswa,” kata Gono.
Gono juga menyesalkan keengganan tim medis untuk segera merujuk Septian ke rumah sakit lain di Jakarta. Setelah nyawa anaknya tidak tertolong, Gono pun berikrar akan menempuh segala cara untuk mencari keadilan. “Ada aturannya cara menyentuh tubuh siswa dan bagian mana saja yang tidak boleh disentuh. Kalau sampai koma, saya rasa pemukulannya lebih dari dua kali,” kata Gono.
Berharap penganiaya Septian dijatuhi hukuman yang setimpal, Gono pun menulis surat yang diketik rapi untuk Presiden Joko Widodo. Surat yang terdiri dari empat halaman itu berisikan identitas Septian, kronologis penganiayaan Septian, serta harapan agar kasus kematian Septian diusut tuntas guna memutus rantai kekerasan dalam pendidikan.
“Alhamduillah saya bisa menyerahkan surat itu langsung ke Presiden saat beliau menggelar Open House di Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta pada Sabtu pekan lalu,” kata Gono.
Selain menyerahkan suratnya, Gono mengaku sempat mengutarakan perasaannya kepada Jokowi selama sekitar satu menit. “Ya, sudah saya terima suratnya, Pak Gono,” kata Gono menirukan ucapan Jokowi.
Istri Gono, Muryanti, berharap agar Jokowi benar-benar memperhatikan surat itu. “Septian tidak punya riwayat penyakit. Dia anak yang cerdas dan suka mengalah,” kata Muryanti.
DINDA LEO LISTY