TEMPO.CO, Marabahan - Ratusan hektare hamparan padi di Desa Karya Tani, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, terancam gagal panen akibat serangan ulat yang menggerogoti batang inti padi di lahan pertanian setempat. Seorang petani, Suriansyah, menuturkan ulat batang baru pertama kali ini menyerang lahan pertanian di sana.
“Mulai pertengahan Maret lalu. Saya perkirakan ada ratusan hektare lahan terserang ulat,” kata Suriansyah kepada Tempo di lokasi persawahan, Jumat 8 Juli 2016.
Lahan pertanian milik Suriansyah hampir satu hektare atau setara 30 borongan. Dari luasan itu, sedikitnya lahan seluas lima borongan ikut terdampak serangan ulat batang.
Petani telah mencoba menyemprot ulat memakai obat pembasmi yang dijual di pasaran, tapi gagal merontokkan serangan ulat. Menurut Suriansyah, ulat cenderung resisten terhadap pestisida lantaran hidup di dalam batang tanaman padi.
Sejak serangan ulat mengganas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Barito Kuala belum turun ke lapangan untuk memberikan bantuan kepada petani. Serangan ulat membuat batang padi menjadi busuk dan mengering. Padahal, petani setempat mulai masuk musim panen pada pertengahan Agustus 2016.
Walhasil, Suriansyah pun cemas hasil produktivitas padinya bakal anjlok seiring serangan ulat yang tak kunjung mati. “Petani bisa merugi, hasil panennya enggak maksimal,” kata dia.
Apalagi Suriansyah belum ikut asuransi pertanian yang digencarkan oleh pemerintah. Dia mesti mengeluarkan duit Rp 110 ribu untuk biaya produksi per borongan atau seluas 10 × 10 meter. Dengan asumsi luasan lahan miliknya 30 borongan, bapak dua anak itu merogoh koceknya sebesar Rp 3.300.000 per sekali musim tanam.
Adapun sekali panen padi per borongan, ia mampu menghasilkan 3 blek gabah atau setara 30 kilogram. “Saya jual berasnya Rp 90 ribu per blek.”
Pantauan Tempo, serangan ulat nyaris merata di petak-petak lahan persawahan. Namun ada sebagian padi yang tidak terkena serangan ulat. Padi yang lolos serangan ulat ini menghasilkan bulir-bulir padi yang mulai menguning.
Batang padi yang digerogoti ulat cenderung mengering. "Saya harap ada bantuan," ujar Suriansyah.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan, Fathurrahman mengklaim asuransi pertanian telah menyasar semua kecamatan se-Kalimantan Selatan. Dia mengakui tidak semua petani merespons positif atas program pemerintah pusat tersebut.
Dengan kerusakan di atas 75 persen per hektare, kata dia, petani akan menerima ganti rugi Rp 6 juta per hektare jika gagal panen akibat serangan hama. “Premi asuransinya Rp 180 ribu. Petani cuma bayar Rp 36 ribu sekali musim tanam dan Rp 144 ribu ditanggung Kementerian Pertanian,” ujar Fathur.
Kalaupun petani enggan mengasuransikan lahannya, Fathurrahman tetap memberikan bantuan berupa benih dan pupuk sesuai kemampuan anggaran kabupaten setempat. “Petani silakan lapor ke kabupaten karena kerusakan padi di bawah 100 hektare,” ujarnya.
DIANANTA P. SUMEDI