TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto meminta warga yang sakit lapor ke dokter, bukan ke polisi. Dia mengatakan itu saat ditanyakan tentang sejumlah pemudik yang meninggal setelah dibekap kemacetan parah di tengah puncak arus mudik tahun ini.
"Bicara sakit bukan lapor polisi, tapi puskesmas, dokter," kata Agung Budi saat ditemui di kantor National Traffic Management Center Polri di Jalan M.T. Haryono, Jakarta Selatan, Kamis, 7 Juli 2016.
Baca: Kisah Penyelamatan Nyawa Pemudik yang Gagal di Posko PKS
Agung Budi melanjutkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari Kementerian Kesehatan, pemudik meninggal karena sakit jantung. Kejadiannya, menurut dia, bukan hanya di Brebes tapi juga di Purwokerto, Purworejo, dan Magelang—seluruhnya di Jawa Tengah.
"Hanya beritanya kok seolah Brebes, padahal tak benar," katanya.
Agung Budi menuturkan, polisi juga sudah menolong para pemudik yang sakit seperti itu. Dia menyebut kasus seorang ibu asal Bekasi bernama Murni yang meminta tolong agar dikeluarkan dari kemacetan.
Akhirnya ibu tersebut dibawa kembali ke Bekasi dengan melawan arah. "Yang kedua ada pemudik anaknya sakit, dikawal polisi dibawa ke rumah sakit."
Baca: IPW Tantang di Antara Kakorlantas Polri dan Kapolda Jawa Tengah Ada yang Mundur
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho melaporkan setidaknya ada 17 pemudik yang meninggal di perjalanan dari 29 Juni 2016 sampai 5 Juli 2016. Ini berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes—daerah di mana terjadi kemacetan parah—ke posko BNPB.
Namun Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Condro Kirono menegaskan bahwa tidak ada pemudik yang tewas akibat kemacetan parah yang terjadi di Brebes saat puncak arus mudik. Ia mengatakan perlu pembuktian medis untuk menyimpulkan apakah korban benar-benar meninggal akibat kemacetan saat mudik atau sakit.
DIKO OKTARA