TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid mengatakan serangkaian serangan bom menjelang Hari Raya Idul Fitri di Arab Saudi dan Indonesia adalah bukti bahwa Islam juga menjadi korban terorisme. Islam, kata dia, tidak mungkin mengajarkan teror. "Tidak benar dikatakan bila Islam mengajarkan terorisme, karena kita korban terorisme," kata Hidayat di Jakarta, Rabu 6 Juli 2016.
Hidayat mengecam serangan teror bom di kedua negara tersebut. Apalagi, kata dia, serangan bom ditujukan pada masjid di Madinah dengan target Masjid Nabawi. Menurut dia, kejadian ini juga mencederai umat Islam sedunia karena terjadi di kota yang dianggap suci oleh umat Islam. "Karenanya kami mendukung pemerintah Saudi membongkar sehabis-habisnya," kata dia.
Hidayat juga mengatakan aksi teror tersebut telah bertentangan dengan prinsip Ramadan. Ramadan, ujar dia, tidak menghadirkan kekerasan dan terorisme tetapi menghadirkan sikap hormat. "Itu yang diajarkan Rasulullah ketika beliau dua kali menang dalam peristiwa Ba'dar dan Fahtul Mekah, dan mengajarkan sikap hidup yang toleran, yang sangat empatik," ujar dia.
Hidayat mengajak umat Islam bersyukur karena perayaan Lebaran berjalan aman. Ia mengapresiasi kerja kepolisian yang mengamankan ibadah Idul Fitri di berbagai tempat di Indonesia. "Memang seharusnya tidak ada yang menodai hari Fitri sekarang ini dengan bom," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera tersebut.
Serangkaian bom bunuh diri terjadi di Arab Saudi awal pekan ini. Serangan tersebut terjadi di tiga kota berbeda dalam kurun waktu 24 jam. Jeddah, Madinah, dan Al Qotif menjadi incaran serangan bom yang terjadi pada Senin 4 Juli 2016.
Tak lama berselang, di Indonesia, serangan bom terjadi ketika Nur Rohman menerobos masuk Markas Polres Kota Surakarta, Jawa Tengah. Serangan bom Selasa pagi, 5 Juli 2016 pukul 07.30 menewaskan pelaku.
ARKHELAUS W.