TEMPO.CO, Solo - Komandan Komando Resor Militer 074/Warastratama Surakarta Kolonel Infanteri Maruli Simanjuntak mengaku sudah mendeteksi adanya ancaman teroris di wilayah tugasnya. Ancaman itu terbukti seusai munculnya serangan bom bunuh diri di halaman Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta, Selasa pagi, 5 Juli 2016.
“Memang sempat ada informasi intelijen. Kami sudah koordinasikan ke semua agar hati-hati,” ujar Maruli saat dikonfirmasi Tempo, Selasa, 5 Juli 2016.
Menurut Maruli, pelaku yang menerobos halaman Mapolres Surakarta dengan sepeda motor jenis matic itu memang menyasar kantor polisi. “Kalau tak ada deteksi dini, akan lebih besar dari (kejadian) ini, karena itulah pelaku sempat dicegah provos.”
Provos yang dimaksud Maruli, adalah Brigadir Bambang Adi, yang terluka akibat insiden tersebut. Bambang terluka di bagian pelipis, sedangkan pelaku yang membawa bom di badan, tewas seketika.
Maruli menyampaikan bahwa koordinasi informasi intelijen Korem 074 sudah berlangsung jauh hari sebelum hari ini. Menurut dia, masih perlu serangkaian pemeriksaan dan penyelidikan, hingga identitas pelaku bisa dipastikan.
Dia pun mengimbau masyarakat agar waspada. “Serangan ini bagian dari polda. Polri dan TNI bersinergi untuk pengamanan selanjutnya.”
Mabes Polri yang mendalami identitas pelaku bom bunuh diri itu, menduga pelaku adalah Nur Rohman, yang pernah lolos dari penggerebekan di Bekasi, Jawa Barat, pada Desember 2015. Saat lolos, Nur Rohman yang masuk daftar pencarian orang itu diperkirakan membawa tiga buah bom rakitan.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar memastikan salah satu bom telah diledakkan di Markas Polresta Surakarta. Keberadaan dua bom lain masih dipertanyakan. "Bisa jadi meledak bersamaan dalam kejadian tadi pagi," kata Boy.
Selain itu, Boy menyampaikan hasil awal olah tempat kejadian perkara. Polisi menduga bahan peledak dimasukkan ke plastik kontainer, dan dinyalakan dengan pemicu yang dimasukkan ke saku pelaku.
YOHANES PASKALIS