TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah titik panas (hot spot) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan dan Sumatera. Berdasarkan pantauan Lapan dari satelit Modis dengan sensor Terra Aqua dari NASA, terdeteksi ada 288 hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang (30-79 persen) dan tinggi (lebih dari 80 persen) pada Ahad pukul 06.00 Wib.
Dari 288 hotspot tersebut 245 hotspot di Sumatera dan 43 hotspot di Kalimantan. Sebagian besar hotspot tersebut disengaja atau dibakar.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwonugroho, ada tingkat kepercayaan sedang (lebih dari 30 persen) di Sumatera terdapat 245 hotspot dengan sebaran Aceh 29, Sumatera Utara 112, Sumbar 47, Riau 26, Bengkulu 15, Jambi 10, Lampung 2, dan Sumsel 4. Di Riau hotspot terdapat di Kampar 1, Pelalawan 2, Rokan Hilir 8, Dumai 1, Kuansing 1 dan Indragiri Hulu 1.
‘’Upaya pemadaman karhutla terus dilakukan oleh Satgas Terpadu Siaga Karhutla di Riau,’’ kata Sutopo dalam keterangan tertulis.
BNPB menempatkan 2 helikopter water bombing jenis MI-8 dan MI-171, serta 2 pesawat Air Tractor water bombing. Setiap hari heli dan pesawat tersebut memadamkan api dari udara. Sementara itu satgas darat dari TNI, Polri, Manggala Agni, Damkar, BPBD, Masyarakat Peduli Api dan karyawan perusahaan memadamkan api dari darat.
Indeks Standar Pencemaran Udara di Lido Kab Rokan Hilir pada level sedang hingga tidak sehat. Kepulan asap banyak ditemukan di Kecamatan (Kec) Pasir Limau Kapas Kabupaten (Kab) Rohil yang dilakukan oleh warga dari luar Rokan Hilir.
Lahan terbakar yang sudah berhasil dipadamkan petugas pada 2 Juli antara lain di Desa Karya Indah Kecamatan Tapung Kab Kampar luas lahan terbakar 25 hektare. Lahan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru luas terbakar 10 hektare. Di Kelurahan Air Hitam Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru seluas 2 hektare, dan beberapa lokasi lain.
Sutopo menambahkan kondisi kering, sulit air dan lokasi yang sulit diakses menyebabkan kesulitan memadamkan api. Cuaca ke depan pada Juli, Agustus dan September akan lebih kering sehingga potensi mudah terbakar akan meningkat.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, telah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar tetap meningkatkan pemadaman dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Selama libur lebaran agar tidak lengah karena kenyataannya masih banyak pembakaran dan hotspot meningkat.
Masyarakat dihimbau untuk tidak membakar saat membuka lahan. "Dampak karhutla sangat luar biasa dan merugikan semua pihak," ucap Willem. Pencegahan, ucapnya, harus ditingkatkan karena lebih efektif daripada pemadaman.
SUPRIYANTHO KHAFID