TEMPO.CO, Bima - Dua Kampung di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, bentrok pada Jumat malam, 1 Juli 2016. Kedua warga kampung, yaitu Kampung Sigi, Kelurahan Paruga, dan Kampung Dara, Kelurahan Dara, Kecamatan Rasanae Barat, terlibat bentrok sekitar pukul 22.00 Wita. Sedikitnya 8 rumah terbakar terkena lemparan bom molotov.
Namun, pada Sabtu dinihari, situasi panas sudah tak terlihat lagi di Kota Bima. Kini kedua kampung itu terlihat lengang. Sudah tak ada lagi aparat yang berjaga-jaga di dua kampung tersebut.
Wali Kota Bima, Qurais Abidin, sempat menyampaikan imbauan kepada semua pihak untuk bisa menahan diri guna menghindari terjadinya bentrokan susulan antara warga kedua kampung.
Hal tersebut menjadi salah satu tawaran dari pertemuan antara kepala kelurahan, ketua RT, ketua RW, dan tokoh masyarakat di rumah Wali Kota Bima yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi bentrokan. Dari pihak kepolisian hadir Kepala Polres, Dandim 1608, serta seluruh jajaran polres dan polsek di bawahnya. Pertemuan berlangsung hingga pukul 01.00 Wita.
"Ini sangat penting karena untuk menjaga keamanan dan ketertiban bersama di Kota Bima. Jadi, baik warga Kampung Dara maupun warga Kampung Sigi agar bisa menahan diri," kata Qurais.
Wali Kota Qurais juga merekomendasikan kepada pihak kepolisian untuk bisa menenangkan kondisi di setiap kampung masing-masing. Pada poin terakhir, Qurais menawarkan pembentukan lampu penerang di tapal batas kedua kampung untuk bisa memantau pergerakan penyebab terjadinya bentrokan dalam dua hari . “Saya minta di tapal batas dipasangi lampu sorot, tidak gelap seperti ini,” kata Qurais.
Lebih jauh, Qurais berharap semua pihak bisa menjaga ketertiban dan keamanan di Kota Bima. Sebelumnya, bentrokan yang terjadi di Kota Bima itu diduga karena ulah provokator. "Semoga tidak terulang lagi," kata Qurais.
AKHYAR M. NUR