TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan keberadaan vaksin palsu yang baru-baru ini diungkap polisi tidak bisa ditoleransi. Kendati demikian, ia meyakinkan masyarakat bahwa vaksin palsu tersebut tidak berbahaya.
Menurut dia, vaksin tersebut tidak sampai menyebabkan kematian. "Tidak sampai ada yang meninggal. Vaksin itu hanya meresap di bawah kulit," ucapnya setelah mengikuti High Level Meeting in Advancing Global Security di Nusa Dua, Bali, Senin, 27 Juni 2016.
Meski tidak berbahaya, Nila mengimbau masyarakat memvaksin ulang anaknya. Pasalnya, jika benar vaksin yang beredar selama ini palsu, itu berati anak-anak yang sempat mendapat vaksin tersebut tidak memiliki kekebalan tubuh sebagaimana mestinya. "Secara medis, vaksin ulang tidak apa-apa," ujarnya.
Karena itu, Nila menargetkan akan memvaksin ulang anak-anak dengan rentang usia hingga 10 tahun. Sebabnya, menurut pembuatnya, vaksin palsu sudah dipasarkan sejak 2013. Pihaknya pun akan bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia.
"Kami juga sedang mencari tahu, apakah pemasarannya itu sejak 2013 secara terus-menerus atau berkala," tuturnya.
Sebelumnya, Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI menangkap sepasang suami-istri yang memproduksi vaksin palsu di rumahnya di Bekasi. Kedua tersangka mengaku sudah menjalankan bisnis ini sejak 2013 serta sudah memasarkannya di beberapa puskesmas dan rumah sakit.
Di Jakarta, ditengarai ada empat rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu ini dan dua apotek yang menjualnya.
INGE KLARA SAFITRI